Senin, 04 Agustus 2008

Cerpen Ketika Gerimis Rintik-rintik



Kariage terhenyak melihat tumpukan sampah dalam kantong plastik di depan pintu kamarnya. Tumpukan sampah itu mengganggu indahnya pemandangan laut lepas dari kamarnya. Sudah beberapa hari sampah tidak dia buang ke bak sampah di belakang rumah. Pangkalnya adalah kamar kostnya yang terletak di lantai dua membuatnya harus turun tangga dan menyeberangi halaman dalam terus membuka pintu garasi, baru dia bisa ke halaman belakang untuk membuang sampah. Hiks!

Pulang kerja saat tubuh terasa letih membuatnya enggan turun sambil menjinjing plastik sampah. Padahal bila dibiarkan teronggok di depan kamarnya bakalan mengundang barisan semut-semut merah untuk merubungnya. Kalo sudah gitu si semut sebentar lagi akan memperluas jelajahnya ke dalam kamar dan mengganggu aktifitas Kariage.

Bila semut sudah menginvasi kamar akan berakibat fatal. Sebentar saja meninggalkan makanan dalam kondisi terbuka akan segera dirubung segerombolan semut. Lupa tidak menutup gelas akan segera dicemplungin kawanan semut. Bahkan botol aqua galon yang tidak tertutup rapat-pun segera menjadi arena berenang buat ratusan semut. Sungguh gangguan yang akan membuatnya bete Kariage.

Makanya sore ini sepulang kerja dia berniat-- walau hanya dengan setengah hati--untuk membuang kantong sampah itu. Segera setelah berganti pakaian, dibukanya pintu kamarnya. Ditatapnya kantong sampah itu dengan pendangan enggan. Namun dipaksanya tangan kanannya menggapai pegangan kantong sampah. Lalu perlahan-lahan diangkat dan berjalan menuju anak tangga dengan penuh kelesuan.

Tik-tik-tik-tik.....

Tik-tik tik-tik-tik tik-tik-tik-tik....

Mendadak terdengar bunyi gerimis rintik-rintik. Dilihatnya langit yang berhias garis-garis gerimis. Dilihatnya percikan kecil air membasahi atap di depan kamarnya. Dilihatnya halaman luar mulai terbasahi oleh air dan segera menyebarkan bau hujan yang menusuk hidung. Wajah kariage berubah cerah. Perlahan-lahan langkahnya berbalik menuju kamar lagi. Diturunkan kantong plastik sampah. Dibukanya pintu kamar, dan dia segera berbaring sambil menikmati kembali talkshow di radio yang baru saja ditinggalkannya. Dia membatalkan membuang kantong sampah sore ini.

^_^

Yah! Kariage mendapat alasan yang dianggapnya kuat untuk tidak membuang sampah saat ini.

Kan hari lagi gerimis, nanti bisa basah bajuku!


Kan sampah akan terbasahi air hujan, bisa-bisa menebarkan bau tak sedap!


Kan kalo kehujanan bisa sakit aku nanti!


Kan lebih baik buang sampah kalo hujan udah reda!


Kan kalo lagi hujan semut-semut mungkin enggan merubung plastik sampahku!


Kan gerimis paling sebentar saja, sampah bisa tak buang nanti malam!

Kan aku harus menjagai sepatuku, siapa tahu tiba-tiba datang hujan campur angin sehingga sepatu harus kumasukin ke dalam kamar !

Kan aku baru aja buat kopi panas, takut ntar jadi dingin!

Kan aku baru aja sakit, takut sakit lagi bila kehujanan!

Kan aku lagi nungguin telpon, ntar gak kedengaran kalo tertutup suara hujan!

Kan aku harus mengetik undangan, ntar lupa kalo aku buang sampah sambil berhujan-hujan!

Kan aku harus bersihin kamar, ntar malah tambah kotor kalo aku balik ke kamar habis kehujanan!


Hehehe! Ini namanya rasionalisasi! Gerimis rintik-rintik membantu Kariage merasionalisasi keengganannya membuang sampah sore ini. Kariage pada dasarnya enggan membuang sampah, jadi alasan sekecil apapun akan dia manfaatkan untuk menolak pekerjaan itu. Dia mencari-cari alasan untuk pembenar keengganannya. Padahal turun ke bawah untuk membuang sampah tak akan memakan waktu lebih dari 2 menit. Sebuah angka yang membuat semua alasan Kariage untuk tidak membuang sampah menjadi gugur. (undil-2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar