Minggu, 13 September 2009

Cerpen Haji Wage: Manfaat Standar Perilaku & Disiplin yang Tinggi

Siang hari saat istirahat kantor, Haji Wage bergegas ke masjid untuk sholat berjamaah sekaligus menjadi moderator Ceramah Ramadhan yang digelar rutin oleh perusahaan di setiap usai Sholat Dhuhur. Begitulah Haji Wage, di sela-sela ritme pekerjaannya yang sangat padat, pengurus DKM Kantor ini masih meluangkan waktu untuk mencari penceramah-penceramah pilihan untuk memberi makna dan menyemarakkan suasana bulan Ramadhan di kantor.

Haji Wage juga adalah orang yang tak pernah absen di waktu Sholat Ashar berjamaah di masjid yang sama. Begitu juga di rumahnya – Sholat Maghrib dan Isya berjamaah adalah kebiasaannya sehari-hari. Saat Sholat Shubuh-pun, Haji Wage selalu menempati shaf yang terdepan sekalipun di rumahnya berjibun kesibukan rumah tangga yang menunggu untuk dibereskan oleh Sang Pakar Mesin Pendingin ini.

Tak hanya rajin berjamaah ke masjid, Haji Wage juga aktif mengkoordinir pengajian di masjid dekat rumahnya. Remaja-remaja di kompleksnya direkrut untuk melakukan aktifitas di lingkungan masjid. Mereka diajak untuk mengikuti bermacam-macam training, dari mulai training pengelolaan diri, manajemen waktu, kepemimpinan hingga training dasar tauhid untuk menangkal bahaya ajaran kelompok liberal yang mengintai lewat media massa.

Ditambah lagi dengan kegiatan menarik bagi remaja, seperti kegiatan festival teater, dan Porseni Remaja Masjid yang digelar secara rutin setiap tahun. Akibatnya, semenjak kehadiran Haji Wage, remaja-remaja di sekitar kompleks demen berlama-lama di masjid saking banyaknya kegiatan menarik yang dimotori oleh Sang Penasehat Handal bagi teman-temannya dalam hal jual beli laptop baru maupun bekaini.

^_^

Jika bertanya tentang sholat pada Haji Wage, janganlah bertanya sudah sholat belum, tapi tanyalah sholat berjamaah di masjid manakah hari ini?. Yah, standar kolektor handphone jadul ini bukan lagi sholat atau belum, tetapi sholat berjamaah dimanakah dia hari ini.

Standar tinggi Haji Wage sebenarnyalah telah bermula sejak dua puluh tahun yang silam, tatkala Wage kecil masih tinggal bersama keluarga di kampung halaman. Orang tua Haji Wage -- terutama Ibunya -- menerapkan standar yang tinggi dalam soal agama pada anaknya.

Ibunya bukan menyuruh Wage kecil untuk sekedar Sholat, tetapi menyuruhnya Sholat berjamaah ke masjid di setiap waktu sholat. Awalnya hanya setiap Maghrib dan Isya -- Wage kecil diajak Bapaknya untuk ikut Sholat berjamaah di Masjid.


Kemudian meningkat dengan Sholat Dhuhur dan Ashar. Terakhir setelah umur Wage menginjak 9 tahun -- barulah diajak Sholat Shubuh berjamaah ke Masjid. Sejak saat itu Ibunya tak pernah lupa membangunkan Wage kecil untuk ke Masjid setiap waktu shubuh tiba. Tentu saja sanksi pendisiplinan telah menunggu jika Wage kecil coba-coba menghindar dari Sholat berjamaah di masjid.

Disiplin itu nampaknya telah tertanam kuat dan jauh berakar ke dalam kepribadian Haji Wage, sehingga hampir tidak mungkin Haji Wage meninggalkan kebiasaan Sholat berjamaah hingga saat ini. Demikian juga dengan kebiasaaan mengaji Alquran setiap habis maghrib dan habis Sholat Shubuh tak pernah hilang dari diri Haji Wage. Rata-rata dalam satu bulan dia mengkhatamkan 30 juz Al Quran. Disiplin yang dilekatkan oleh orang tuanya telah tertanam begitu kokoh, tak bisa lepas dari dirinya.

Sebenarnya disiplin yang diajarkan keluarga Haji Wage bukan hanya dalam hal Sholat saja, tetapi juga dalam hal-hal kecil sehari-hari. Misalnya Haji Wage selalu menghabiskan makanan di piring setiapkali makan. Pantang baginya menyisakan makanan di piring, sekalipun dirinya tak begitu suka dengan cita rasanya. Ajaran disiplin menyisihkan uang jajan untuk diberikan pada tetangganya yang miskin, masih berbekas hingga kini dalam bentuk menjadi donatur tetap beberapa panti asuhan anak yatim dan poliklinik untuk kaum dhuafa di sekitar rumahnya.

Demikian juga dengan perlakuan pada kursi makan -- selalu dimasukkan kembali ke bawah meja makan setiap kali habis makan. Selalu memberikan kursi pada perempuan di bis kota, meja kerja yang selalu bersih, file-file draft di komputer yang rajin di delete sehingga hardisknya tak pernah berisi junk file, sepatu yang selalu disemir, baju tersetrika rapi & wangi, latihan renang seminggu dua kali, hingga laptop yang terawat baik adalah contoh bekas-bekas disiplin yang diajarkan orangtuanya kepada Wage kecil.

Standar tinggi yang diterapkan oleh orangtuanya membuat Haji Wage selalu melampaui standar umum yang dipakai oleh lingkungan sekitarnya. Dalam banyak hal, standar tinggi telah membantu Haji Wage terhindar dari melakukan sesuatu di bawah standar. Karenanya, walaupun sekali waktu dirinya gagal menepati standar tinggi tersebut, hasil kerja Haji Wage masih berada dalam cakupan standar umum yang diterapkan di lingkungannya. Yah, Haji Wage sangat berterimakasih pada orangtuanya atas disiplin dan standar tinggi yang telah diajarkan kepadanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar