Tampilkan postingan dengan label cerita psikologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita psikologi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 31 Desember 2011

Seni Penolakan Haibara kala Mempersiapkan Family Gathering

Haibara kesal dengan sesuatu menyebalkan yang harusdilakukan untuk kesekian kalinya. Ini gara-gara dirinya diseret  Shinichi Kudo untuk ikut serta menjadi panitiafamily gathering di kantornya. Jabatannya gak tanggung-tanggung lagi.  Koordinator acara family gahthering!

Haibara yakin seyakin-yakinnya bahwa sembilanpuluh persen pekerjaan panitia family gathering ini ada di seksi acara.  Jadi Shinichi memberi “gunung gajah” untukdipikul Haibara. Kerjanya pasti berat banget, berjibun-jibun serta akan memakanhabis waktunya. Gimana nggak berat kalo harus membuat acara yang menarik buat 4000 orang!.



Udah gitu Shinichi dan teman-teman lainnya pengen acarabeda sama sekali dari tahun lalu. Gak boleh sama!  Harus ada novelty-nya kata mereka.  Sebagai salah satu dampaknya pengisi acara darimulai pembukaan hingga penutup  adalahkaum profesional dari luar perusahaan. 

Definisi profesional menurut Shinichiadalah layak masuk TV. Artinya jika si pengisi acara belum pernah ditayangkan diTV berarti dia belum bisa dipentaskan di family gathering.  Sebuah persyaratan yang ditentukan olehShinichi, tapi dampaknya langsung terasa oleh Haibara, yaitu dirinya harus jungkir-balik & pontang-panting mencari pengisi acara.

Sebenarnya semua itu menyenangkan Haibara yang emang demen bikin acara seperti ini. Yang menyebalkan hanya satu, yaitu wanti-wanti Shinichi kepada Haibara untuk pandai-pandai menolak semua permintaan dari kalangan internal untuk tampil — termasuk bila ada request dari para petinggi di kantor.

Bahkan bos-nya sendiri pun harus ditolak jika mintaanaknya bisa tampil di family gathering.  Itu semua karena cita-cita Shinichi untukmembuat integrated family gathering.Entah dari mana dia mendapat istilah itu. Yang pasti Haibara yakin itu bukan ideasli Shinichi, secara anak itu bukanlah ahli tentang acara-acara sepertiini. 

Integrated FamilyGathering menurut Shinchi berarti  acaradari awal sampai akhir adalah satu kesatuan yang sudah dipersiapkan dari sejakmembuat konsep acara.  Jadi pengisi acaraditentukan berdasarkan konsep acara dan bukan sebaliknya.  Nyatanya emang demikian. Setelah ditentukankonsep acara, maka panitia kecil yaitu Shinichi, Haibara, Kogoro dan dua temanlainnya membutuhkan waktu tiga minggu hanya untuk memperdebatkan susunan detailacara dan siapa saja yang akan mengisi acara.

Debat selepas jam kerja yang berlangsung hingga larutmalam bahkan terkadang sampai dini hari itu untungnya berhasil melahirkan blueprintfamily gathering yang menjadi panduan bersama semua panitia. Disitu sudahtercantum semua pengisi acara, tidak boleh ada tambahan lagi. 

Blueprint itujuga menjadi panduan dalam hal tolak menolak para peminat jadi pengisi acara. Jadimasalahnya bukanlah kualitas para peminat tersebut,  tapi karena konsep acara menghendaki pengisiacara yang sesuai dengan konsep itu dan mereka telah selesai dipilih oleh panitia.  

Alhasil sampai tujuh hari menjelang acara, Haibara udahmenolak belasan calon pengisi acara. Dari mulai band lokal karyawan, anakkaryawan, keluarga rekanan kantor, hingga pihak-pihak luar yang inginberpartisipasi. Semuanya ditolak dengan sukses oleh Haibara.   

Namun kali ini yang minta beda. Dia adalah seorangpetinggi, bekas koordinator Haibara saat dirinya mengikuti satu project yangdipimpin orang itu beberapa tahun yang lalu. Si Bapak ingin anaknya tampil dipanggung family gathering.

Paduan suara anak-anak SMP.  Sebenarnya seru juga siy karena Haibara tahupersis suara mereka bagus-bagus. Dia pernah melihat mereka pentas di Sabuga.  Namun blueprint  udah terbit.  Slot acara sudah tersusun rapi.  Bisa dibom Shinichi bila dirinya merubahnya hanyakarena dirinya  gagal menolak satu permintaansaja.

Wuhhh kali ini Haibara harus berusaha keras untuk menolaknyadengan halus.  Secara dirinya banyakberhutang budi pada si Bapak yang telah mengajarinya banyak hal tentang perprojekan. Sungguh sial dirinya harus melakukanpenolakan ini.  Satu hal yang tidakpernah diduganya menjadi bagian dari tugas sebagai koodinator acara familygathering -– menjadi Sang Penolak.  Dus Haibaratiba-tiba merasa menggenggam bola panas yang harus secepatnya dia padamkan.

Haibara ingat seminggu yang lalu dirinya dengan susahpayah berhasil menolak permintaan teman dekatnya untuk menampilkan adiknya yangtelah lima tahun ikut sanggar tari dengan cita-cita ingin bisa pentas di kantorkakaknya.  Dirinya harus tegar saatmelihat si adik kecewa dari sebelumnya hatinya berbunga-bunga karena mengiradapat tampil di panggung dengan ditonton ribuan orang itu.  Secara Haibara sering banget berenang barengsi adik itu di hari-hari libur – dapatlah dibayangkan kekeluan lidahnya.  Pahitnya mengecewakan teman dekat benar-benardia rasakan saat itu

Penolakan yang lebih ringan -- dilakukan Haibaraterhadap salah satu instansi keamanan yang ingin menampilkan band yang barusaja mereka bentuk.  Juga dari  klub lawak yang salah satu anggotanya adalah karyawankantor. Juga dari beberapa orang luar yang berminat mengisi acara. Untunglah  mereka semua  bisa mengerti alasan yang dikemukakan Haibara.

Haibara berusahakeras menjelaskan adanya blueprint family gathering yang harus dipatuhi. Juga tentang DP semua pengisi acara yang sudah dibayar dan acara sudah tersusun rapihingga hitungan menit.  Semua itu membuatpengisi acara tak memungkinkan untuk dirubah lagi. Dan memang demikianlahadanya.  Kadangkala dia menghibur para peminattersebut dengan menyarankan mereka untuk mengajukan diri pada acara yang lainseperti ulang tahun himpunan kayawan atau acara DKM.  Sebuah penolakan yang dikritik Shinichisebagai melemparkan bola panas pada orang lain.

^_^

Setelah hampir satu jam dalam keraguan, akhirnya Haibaramemberanikan diri menjawab SMS itu. Dia sudah terlalu lelah mencari-cari  kalimat yang enak untuk diungkapkan.

“Mohon maafPak,  slot waktu pengisi acara sudahpenuh, gak bisa diselip-selipin lagi. Jadi panitia tidak bisa menampilkan paduansuara si adik”

“Saya hanya butuh waktu paling lama 20 menit untukmenampilkan 4 lagu. Please tolonglah mereka sudah sangat antusias untuk tampildi family gathering”. Demikianlah bunyi  jawaban atas SMS Haibara

Duh! Haibara pusing gimana cara dia bisa menolakpermintaan kedua  ini. Secara dia sudahdivonis mati oleh Shinichi gak boleh merubah-rubah acara lagi karena semuanyasudah dihitung hingga satuan menit oleh Show Director. Tak satu menit-pun yangdibiarkan lowong tanpa detail kegiatan yang harus dilakukan pada menit tersebut. Memasukkan pengisi acara baru berartimulai kerja besar lagi menyusun acara.

Akhirnya Haibara memutuskan untuk melenggang ke ruanganShinichi untuk minta “pertanggung jawaban” dengan cara memilihkan jawaban yangpaling pas buat Si Bapak. Saat dirinya duduk di depan meja Shinichi dan ngomong tentang hal itu,anak itu hanya nyengir kuda seraya menyuruh Haibara mengatakan hal-hal yang lainbersamaan dengan SMS penolakan yang akan dikriimkannya.

“Kalo gak salah si Bapak baru saja pindah ke rumah baruyang ada kolam di halaman depannya. Omongin saja tentang itu, mudah-mudahan membantumencairkan suasana” kata Shinichi

“Busyet lu!. Dasar tukang kasiy beban moral berat ke orang,udah tahu aku dekat dengan dia malahan aku yang disuruh menolak dia!” kataHaibara sambil tiba-tiba saja kepalanya serasa muncul tanduk saking kesalnya melihat kecuekan Shinichi.Rasa-rasanya dirinya ingin menyeruduk Shinichi dengan tanduk itu.  Tapi sudahlah. Percuma saja berantem dengan situkang nyengir. Malahan dia seneng kalodiseruduk Haibara. Akhirnya dengan hati masygul Haibaramemakai juga saran Shinichi pada SMS-nya.

“Punten pisan Pak,kita sudah susun acara hingga hitungan menit. Jadi benar-benar kami tidak bisalagi menyelipkan pengisi acara lain. Semua jadwal sudah confirm ke pengisiacara, dan kami kesulitan bila harus buat konfirmasi baru lagi dengan mereka.  Btw saya sudah lihat rumah bapak yang baru,asyik banget ada kolam besar di halaman depan, saya pernah lihat Bapak baca koran sambil duduk di gazebo ditengah kolam. Kayaknya seru banget!”

Satu jam belum adajawaban dari Si Bapak. Hingga Haibara mulai gelisah sambil sesekali melirikShinichi yang masih sibuk dengan kertas-kertas pekerjaannya.  Akhirnya Haibara membuka laptopnya dan mulai sibuk dengan SOP-SOP baru yang harusdibuatnya.  Dia memutuskan untukmenenggelamkan diri dalam pekerjaanya. Namun untunglah, dua jam kemudian ada jawabandari si Bapak, dan isinya pendek namun sangat melegakan.

 “OK, saya pernahmengalami jadi panitia, jadi saya dapat memahami kesulitan Haibara”.


Wuuiiiih.... Haibara serasa melayang-layang di antaramega-mega. Pekerjaan yang disangkanya sulit itu ternyata tidak sesukar yangdibayangkan.  Ternyata si Bapak dapat memahamialasan Haibara. Jadi hal-hal  yangditakuti selama beberapa jam terakhir ini tidak nyata, hanya ada pada bayangannyasendiri (Undil-2011).

Gambar dari :artstor 

Sabtu, 24 Oktober 2009

Cerpen Kancil versus Si Pemancing Keributan

"Ibu, kenapa Sang Kancil baca buku pake sepatu?

^_^





Bangun tidur Sang Kancil terkejut melihat selembar daun tergeletak di depan rumahnya. Dipungutnya daun tersebut, lalu dibacanya tulisan yang tergores di atas daun. Rupanya sebuah surat-daun.


Akhir-akhir ini memang mulai banyak binatang hutan yang berkomunikasi dengan lembaran daun sebagai pengganti komunikasi lisan via burung beo. Karena kalo menitipkan pesan secara lisan lewat burung beo harus sabar mengantri, maklumlah banyak binatang yang membutuhkan jasanya.


Pelan-pelan disimaknya tulisan yang tertera di permukaan daun.


“Hari gini Kancil masih tidur.
Gak tau apa kalo Kijang sibuk
mengomentari otak Sang Kancil
yang disebutnya mulai tumpul.
Katanya ilmu pengetahuan Sang Kancil
ketinggalan jaman, jauh dari kenyataan”
Sejenak hati Sang Kancil terbakar. Rupanya Kijang mulai meremehkan kemampuan dirinya. Dianggapnya ilmu pengetahuan Sang Kancil telah lapuk. Sudah usang, tidak sesuai dengan kebutuhan masakini. Brrrrggggg! Api kemarahan mulai membakar hati Sang Kancil.

Si Kijang tidak tahu sopan santun! Berani-beraninya meremehkan diriku, Si guru dari segala macam anak binatang di hutan!. Yah, sampai dengan saat ini Sang Kancil adalah guru paling bijak di hutan, tempat para binatang mempercayakan anaknya untuk dididik.


Beruntunglah Sang Kancil berkat kebijaksanaan yang dipelajarinya selama belasan tahun dia tidak mengikuti kata hatinya untuk marah-marah pada Kijang. Dibacanya sekali lagi tulisan di daun lontar. Diselidikinya cara penulisannya. Rasa-rasanya dia kenal tulisan yang ada di daun itu. Yah! Dia pernah menerima tulisan serupa tahun lalu.


Setahun silam Sang Kancil mendapat kiriman tulisan mirip ini. Waktu itu tulisan yang tertera di daun adalah tentang komentar Jerapah terhadap cara baca Sang Kancil. Disebut-sebut dalam surat itu bahwa Jerapah mempertanyakan Sang Kancil yang membaca di perpustakaan Ibu Gajah tanpa melepas sepatu. Padahal sepatu itu kan dipake jalan kemana-mana. Apakah debu di sepatu tidak akan melekat pada tikar dan menyebabkan celana pengunjung perpustakaan jadi kotor?.
Kala itu Sang Kancil langsung marah-marah pada binatang yang pernah dimasukkan dalam kulkas tersebut. Dilabraknya rumah Sang Jerapah dan dimarahinnya Si Jerapah tepat di muka pintu. Di katakannya Si Jerapah jangan menuduhnya sembarangan! Dirinya memang tak pernah melepas sepatu bila baca di perpustakaan Ibu Gajah karena dia bacanya di luar! Dia tak pernah masuk ke perpustakaan, tapi duduk di batu-batu yang disediakan di luar perpustakaan. Jadi wajar saja bila dia tidak membuka sepatu.

Jerapah buru-buru menjelaskan pada Sang Kancil kalau yang bertanya itu adalah Ajer (Anak Jerapah). Waktu itu Ajer, si Jerapah kecil yang sedang diajaknya berkunjung ke perpustakaan heran melihat Sang Kancil asyik membaca tumpukan daun tanpa melepas sepatu. Saat itu juga telah dijelaskan pada Jerapah kecil bahwa Sang Kancil tidak membuka sepatu karena bacanya di luar, bukan di dalam perpustakaan.


Jadilah mereka berdua bingung tentang siapa yang iseng mengirimkan surat pada Sang Kancil mengadukan pertanyaan Jerapah kecil.
Ada juga ternyata makhluk yang suka memancing-mancing.

^_^

Ingat peristiwa dirinya dengan Jerapah tersebut Sang Kancil tersenyum. Tulisan di daun ini dikirim oleh makhluk yang sama. Makhluk Pemancing pertikaian. Jadi pasti isinya tak jauh beda. Tujuannya bikin heboh saja!. Sang Kancil tidak mau jadi tontonan warga hutan karena bertengkar dengan Kijang gara-gara surat itu.

Pastilah kata-kata itu ditujukan bagi kalangan internal keluarga kijang. Didengarnya beberapa anak kijang sudah cukup umur untuk mulai bersekolah. Mungkin mereka sedang rapat keluarga untuk membahas kepada siapa anak mereka akan dititipkan.

Boleh jadi salah satu anggota keluarga Kijang pernah mengetahui dirinya membuat pernyataan yang salah -- lalu khawatir anak-anak mereka jadi ikut salah. Mereka pasti sedang berusaha sekuat tenaga mencari guru yang tepat buat anak-anaknya. Jadi para kijang sedang diskusi keluarga untuk mencari seorang guru, bukan sedang menjelek-jelekkan Sang Kancil.

“Maafkan aku Si Pemancing keributan.
Aku tak sudi makan umpanmu.
Aku tidak akan berdebat dengan siapapun
hanya karena ulahmu! Sorry yah!”

Itulah kata-kata yang ditambahkan Sang Kancil di atas surat-daun berisi aduan itu. Lalu dilemparkannya daun itu hingga terbang terbawa angin ke angkasa (Undil – 2009).


tags: cerita kancil, cerita anak, cerita pendek, cerpen, cerita psikologi, cerita si pemancing-mancing,
 
sumber gambar: boston.com

Sabtu, 15 Agustus 2009

Cerita Rahasia Si Kancil Mengalahkan Kijang dalam Lomba Lari

Kamu bukan seorang pelari yang militan! Kamu hanyalah seorang pelari yang setengah-setengah! Mana mungkin kamu bisa menang melawan Kancil dengan upaya seminim itu!!!

^_^


Sang kancil tersenyum mendengar keluh kesah kijang yang baru saja hari kemarin dikalahkannya saat mereka berdua berlomba lari di depan mata seluruh penghuni hutan.

Bayangkan! Kijang sang jawara lari sepanjang masa akhirnya takluk dari Sang Kancil yang lebih dikenal sebagai binatang bijak bestari daripada sebagai jagoan lari. Kebesaran nama Kijang Pelari bahkan tak dapat ditandingi oleh singa raja hutan yang tak pernah sanggup menangkapnya.

“Bagaimana mungkin saya kalah dari kamu! Padahal aku telah berlatih keras setiap hari dan mengorbankan waktu untuk keluarga hanya untuk mempersiapkan diri bertanding lari”
keluh Kijang sambil matanya berkaca-kaca meratapi gelar pelari terbaik sepanjang masa yang telah beralih pada Sang Kancil.

^_^

Dua binatang itu masih bercakap-cakap sambil berjalan beriringan kala hujan rintik-rintik tiba-tiba turun membasahi rerumputan di sepanjang jalan setapak yang mereka lalui. Kijang cepat-cepat mengajak Kancil untuk berteduh di sebuah gua yang terletak di tepi jalan agak menjorok ke dalam.

Alih alih mengikuti ajakan tersebut, Sang Kancil malahan tersenyum lalu berkata pada Kijang

“Dengar Kijang! Alasan kekalahan Kijang dari Kancil baru saja terjawab oleh gerimis rintik-rintik”

Kijang terkejut dan speechless, tidak tahu apa yang dimaksud Sang Kancil. Apa hubungan gerimis rintik-rintik dengan kekalahan dirinya.

“Gerimis kecil rintik-rintik cukup untuk menghentikanmu dari berlatih. Kamu hanyalah seekor kijang pelari yang setengah hati. Hujan kecil kau jadikan alasan untuk tidak berlatih!. Urusan tetek bengek di rumah kau jadikan alasan untuk memperpendek latihan!

Kijang tertegun mendengar kata-kata Sang Kancil. Dia memang sering menolak berlatih karena harus mencari pucuk daun-daunan buat anak-anaknya, padahal sebenarnya itu bisa dilakukannya sore hari setelah berlatih. Masalahnya Kijang tidak mau kerja lembur hanya karena harus berlatih. Dia maunya berlatih hanya di jam-jam kosong dari pekerjaan saja. Tidak mau menunda sebuah tugas untuk dikerjakan sore hari setelah berlatih. Pekerjaan dulu, baru setelah ada waktu kosong dia mau berlatih.

“Kamu bukan seorang Kijang pelari militan! Kamu bukan seorang Kijang pelari fundamentalis! Kamu hanya mau sedikit berkorban untuk meraih gelar pelari terbaik sepanjang masa! Kamu berlatih setengah setengah! Kamu berupaya ala kadarnya, sambil berharap faktor-faktor lain akan membantumu memenangkan lomba lari! Gak bisalah! Mana bisa dirimu menang dengan cara itu!

Hujan rintik-rintik belum berhenti kala Sang Kancil melanjutkan kata-katanya.

“Aku juga punya banyak hambatan seperti kamu! Tapi aku tetap berlatih walaupun itu berarti aku harus kerja ekstra mencari rumput di sore hari seusai berlatih! Aku juga tidak pernah berhenti oleh gerimis rintik-rintik. Aku mau menunda pekerjaan memperbaiki rumahku dari sore menjadi malam hari karena aku harus berlatih! Aku tidak ragu-ragu untuk berkorban, sementara kamu lempeng saja, bertindak seperti biasa tanpa mau membuat pengorbanan ekstra!.

Kijang termenung mendengar kata-kata Sang Kancil. Dirinya memang tidak pernah sepenuh hati berlatih untuk menjadi pelari terbaik sepanjang masa. Dirinya hanyalah makhluk setengah hati, bukan seorang yang militan. bukan seorang fundamentalis. Pantas saja dirinya gagal meraih kembali gelar itu. Diam-diam Kijang merasa dirinya pantas kalah dari Sang Kancil (undil – bandung agt 2009)


tags: dongeng sang kancil, cerpen, cerita pendek, cerita anak, cerita manajemen, cerita psikologi