Jumat, 28 Agustus 2009

mia dan si kitty

Mia adalah seorang anak yang baik hati. Ia tinggal bersama orangtuanya di suatu
desa. Karena ramah dan baik hati, ia mempunyai banyak
teman di lingkungan rumah maupun sekolahnya. Mia adalah
anak terkecil diantara 4 bersaudara. Setiap harinya, Mia
dan kakak-kakaknya selalu diajari kedisiplinan dan budi
pekerti oleh orangtuanya.
Mia sangat senang dengan
binatang. Binatang yang ada di rumahnya, dipeliharanya
dengan rajin. Sudah lama Mia ingin memelihara kucing,
tetapi Ibunya melarang binatang peliharaan yang dipelihara
di dalam rumah karena membua
t rumah kotor.
Suatu hari, Mia sedang pergi menuju sekolahnya. Ia pergi ke sekolah dengan berjalan
kaki. Jarak antara rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh hanya 300 meter. Di tengah
jalan, ia melihat seekor anak kucing yang masih kecil terjatuh ke dalam selokan. Mia
merasa kasihan dengan anak kucing itu. Lalu ia mengangkat anak kucing itu dari selokan
dan menaruhnya di tempat yang aman kemudian Mia melanjutkan perjalanannya ke
sekolah. Bel tanda masuk berbunyi. Mia dan teman-temannya segera masuk ke kelas.
Di sekolahnya, Mia termasuk anak yang cerdas. Ia selalu masuk dalam rangking 3 besar.
Ia sering mengadakan kelompok belajar bersama teman-temannya di waktu istirahat
maupun setelah pulang dari sekolah. Dalam kelompok belajar itu, mereka membahas
pelajaran yang telah mereka dapatkan dan juga membahas pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru. Kriiingg... Bel tanda waktu pulang berbunyi! Mia dan teman-temannya
segera bergegas membereskan buku-bukunya dan segera keluar ruangan.
Di perjalanan pulang, ketika sedang mengobrol dengan teman-temannya, Mia melihat anak
kucing yang tadi pagi dilihatnya dalam selokan. Anak kucing itu mengeong-ngeong sambil
terus mengikuti Mia. Mia tidak sadar ia diikuti oleh anak kucing itu. Sesampainya di
rumah, ketika akan menutup pintu, Mia terkejut karena ada anak kucing mengeong
sekeras-kerasnya. Mia baru menyadari kalau anak kucing yang ditolongnya, mengikutinya
sampai rumah.
Mia mohon pada Ibunya, agar ia di izinkan memelihara kucing kecil itu. "Tidak boleh!,
nanti hewan itu membuat kotor rumah", ujar Ibu Mia. "Tapi bu, kasihan kucing ini! ia tidak
punya tempat tinggal dan tidak punya orangtua", kata Mia. Setelah beberapa saat,
akhirnya Ibu membolehkan Mia memelihara kucing dengan syarat binatang itu tidak boleh
ditelantarkan dan jangan sampai mengotori rumah.
Sejak saat itu, Mia memelihara anak kucing itu. Setiap hari ia memberi minum dan makan
anak kucing itu. Lama-lama Mia menjadi sangat sayang dengan anak kucing itu. Mia
memberi nama anak kucing itu Kitty. Semenjak dipelihara Mia, Kitty menjadi bersih dan
gemuk, bulunya yang berbelang tiga membuatnya tambah lucu.
Beberapa bulan kemudian, Si Kitty menjadi besar. Suatu hari, Mia melihat seekor burung
kutilang yang tergeletak di halaman rumahnya. Mia mendekati burung kutilang itu dan
mengangkatnya. Ternyata burung kutilang itu terluka sayapnya dan tidak bisa terbang.
Mia merawat burung itu dengan penuh kasih sayang. Si Kitty merasa cemburu karena
merasa Mia menjadi lebih sayang pada burung kutilang daripadanya. Padahal Mia tetap
menyayangi si Kitty. Karena merasa tidak diperhatikan lagi, setiap Mia tidak ada, si Kitty
selalu menakut-nakuti burung kutilang tersebut.
Setelah dirawat Mia selama seminggu, burung kutilang itu jadi sembuh. Beberapa hari
kemudian, ketika Mia baru pulang dari sekolah, ia melihat pintu kandang burung
kutilangnya terbuka dan ada bercak darah di bawah kandang burung kutilangnya. Mia
berpikir jangan-jangan si Kitty memakan burung Kutilangnya. Ketika melihat si Kitty, Mia
jadi lebih curiga karena pada mulut si Kitty terdapat bercak darah. Karena saking
kesalnya, Mia mengambil sapu dan mengejar si Kitty untuk dipukul. Si Kitty segera berlari
masuk ke kolong tempat tidur.
Ketika melihat ke kolong Mia sangat terkejut karena ada seekor ular yang sudah mati di
bawah kolong tempat tidurnya. Akhirnya Mia sadar, si Kitty telah menyelamatkannya
dengan menggigit ular tersebut. Mia baru ingat kalau ia lupa menutup pintu sangkar
burungnya. Mia menyesal ketika ingat akan memukul si Kitty. Padahal kalau tidak ada si
Kitty mungkin ular tersebut masih hidup dan bisa mencelakainya. Akhirnya Mia sadar akan
kesalahannya dan memeluk si Kitty dengan erat. Sejak kejadian itu, Mia jadi lebih sayang
dengan Si Kitty.

Kamis, 27 Agustus 2009

Hadiah Ramadhan : RUU Jaminan Produk Halal


Label halal MUI (gambar: republika.co.id)

Walaupun rakyat Indonesia telah lebih dari 60 tahun merdeka dari penjajahan Belanda, namun belum sepenuhnya menjadi warga yang terlayani kepentingannya di negeri sendiri. Salah satu aspek yang belum sepenuhnya terlayani adalah kejelasan kehalalan makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat.

Namun kini di bulan Ramadhan ini, masyarakat pantas berbahagia dengan akan disahkannya Rancangan Undang-undang Jaminan Produk Halal. Negara selaku pelayan rakyat telah selangkah lebih maju dalam melayani kepentingan rakyatnya dengan rencana diluncurkannya sertifikasi kehalalan produk.

Jaminan Produk Halal sendiri berarti kepastian hukum bahwa makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimia biologik, dan produk rekayasa genetik halal untuk dimakan, diminum, dipakai, atau digunakan sesuai dengan syariah dibuktikan dengan sertifikat halal dan dinyatakan dengan tanda halal.



Dengan undang-undang ini negara bertindak sangat demokratis karena menghargai hak sebagian besar rakyat untuk mendapat informasi kehalalan makanan yang beredar di pasaran dan juga memuliakan rakyat dengan melindungi rakyat dari produk-produk tidak halal. Hal ini selaras dengan keinginan membangun manusia seutuhnya, yang dalam aspek makanan berarti negara bukan hanya melindungi rakyat dari bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan, tapi juga dari barang-barang haram yang berpotensi masuk ke dalam tubuh rakyat tanpa mereka sadari.

Kita hormati pandangan pihak-pihak yang menganggap undang-undang ini adalah bentuk diskriminasi bagi pemeluk agama lain, tetapi harus disadari bahwa negara berkewajiban melayani rakyat, dalam hal ini adalah menyediakan informasi tentang produk-produk halal.

Kalau bukan negara, siapa lagi yang harus melayani kebutuhan rakyat? Lagipula ini bukan diskriminasi, karena tidak merugikan pemeluk agama lain. Seperti halnya keberadaan Rumah Sakit Ibu dan Anak bukanlah diskriminasi terhadap para Bapak, tetapi merupakan bentuk pelayanan kepada kaum Ibu dan anak-anak. Label kandungan kalori pada kemasan makanan bukanlah diskriminasi bagi orang yang tidak sedang melakukan diet makanan.

Jika kita telaah lebih jauh lagi, undang-undang kita saat ini kebanyakan bersumber dari barat yang tentunya sedikit banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai barat. Dalam hal hubungan dengan falsafah Bhinneka Tunggal Ika, dapat kita katakan bahwa bukan hanya hukum dari barat saja yang boleh di-klaim sesuai dengan asas kebhinnekaan Indonesia, tetapi juga hukum-hukum yang bersumber dari ajaran Islam dapat dikatakan sangat sesuai dengan masyarakat Indonesia yang sangat religius. Islam telah terlebih dahulu datang, dianut dan selama berabad-abad mempengaruhi kebudayaan masyarakat Indonesia.

Akhirnya, dengan diterapkannya Undang-undang Jaminan Produk Halal ini mudah-mudahan kepentingan masyarakat akan informasi produk halal dapat terpenuhi (und-agt-09)


Sabtu, 22 Agustus 2009

bende wasiat

Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil
membasuh mukanya. "Hmm, gagah juga aku ini, tubuhku
kuat berotot dan warna lorengku sangat indah," kata
harimau dalam hati. Kesombongan harimau membuatnya
suka memerintah dan berbuat semena-mena pada
binatang lain yang lebih kecil dan lemah. Si kancil akhirnya
tidak tahan lagi. "Benar-benar keterlaluan si harimau!"
kata Kancil menahan marah. "Dia mesti diberi pelajara
n! Biar kapok! Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka
berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide bagaimana
cara membuat si harimau kapok.
Setelah lama terdiam, "Hmm, aku ada ide," kata si
kancil tiba-tiba. "Tapi kau harus menolongku," lanjut si
kancil. "Begini, kau bilang pada harimau kalau aku telah
menghajarmu karena telah menggangguku, dan katakan
juga pada si harimau bahwa aku akan menghajar siapa
saja yang berani menggangguku, termasuk harimau,
karena aku sedang menjalankan tugas penting," kata
kancil pada kelinci. "Tugas penting
apa, Cil?" tanya kelinci heran. " Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti
mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu
Harimau disana." "Tapi aku takut Cil, benar nih rencanamu akan berhasil?", kata kelinci.
"Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik". "Iya, iya. Aku
percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau
lagi."
Si kelincipun berjalan menemui harimau yang sedang
bermalas-malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan
yang terjadi padanya. Setelah mendengar cerita kelinci,
harimau menjadi geram mendengarnya. "Apa? Kancil mau
menghajarku? Grr, berani sekali dia!!, kata harimau.
Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke
tempat kancil berada. "Itu dia si Kancil!" kata
Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon besar di ujung jalan. "Kita hampir sampai,
harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku
dihajar lagi," kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak.
"Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?" Tanya harimau sambil marah. "Jangan
bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting". "Tugas penting
apa?". Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk
bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya.
"Aku harus menjaga bende wasiat itu." Bende wasiat apa
sih itu?" Tanya harimau heran. "Bende adalah semacam
gong yang berukuran kecil, tapi bende ini bukan
sembarang bende, kalau dipukul suaranya merdu sekali,
tidak bisa terlukis dengan kata-kata. Harimau jadi
penasaran. "Aku boleh tidak memukul
nya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara merdu
dari bende itu." "Jangan, jangan," kata Kancil. Harimau terus membujuk si Kancil. Setelah
agak lama berdebat, "Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi apaapa
ya?", kata si kancil.
Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang
terjadi. Ternyata bende itu adalah sarang lebah! Nguuuung!..nguuuung!..nguuuung!..
sekelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena merasa diganggu. Lebah-lebah
itu mengejar dan menyengat si harimau. "Tolong! Tolong!" teriak harimau kesakitan sambil
berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai. Byuur! Harimau langsung melompat
masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah. "Grr, awas kau Kancil!"
teriak Harimau menahan marah. "Aku dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang
ya?". Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak terlalu
kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi.
"Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit disengat lebah," kata kancil.
"Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah bukan?". "Aku harap harimau bisa
mengambil manfaat dari kejadian ini," kata kelinci penuh harap."
HIKMAH :
Semua makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangan. Karena itu, kita tidak
boleh sombong dan memperlakukan makhluk hidup lain semena-mena.

kelelawar yang pengecut

Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba
seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. "Kurang
ajar", kata singa. Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan
seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan
perang terhadap bangsa burung. "Mulai sekarang segala
jenis burung adalah musuh kita, usir mereka semua,
jangan disisakan!" kata Singa. Binatang lain setuju sebab
mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa
burung.
Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya. Kesempatan itu digunakan
oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan
diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari
sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya.
Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas
menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata, "Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus,
walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu,
Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu". Tanpa
berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan
berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang
istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok
singa dengan batu dan kacang-kacangan. "Awas hujan
batu," teriak para binatang kelompok singa sambil
melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal
tersebut sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung
dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung
yaitu burung Elang. "Lihatlah sayapku, Aku ini seekor
burung seperti kalian". Elang menerima kelelawar dengan
senang hati.
Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah
atau badak sambil memegang busur dan anak panah.
Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung
kelapa agar tidak mempan dilempari batu. Setelah
kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar?.
Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang.
Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang
dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok
burung.
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat
kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar
merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan
diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi

Cerpen Sang Tetua Malang

Jaman dahulu kala di satu pelosok negeri yang desa-desanya menempati tepian sungai, seorang tetua desa diundang untuk memberi petuah pada acara syukuran yang diselenggarakan oleh tiga orang berbeda dari tiga desa tetangga yang berbeda. Namun acara mereka berlangsung pada waktu yang bersamaan.

Pengundang pertama adalah seorang pedagang kaya yang tinggal di sebuah desa di arah hilir sungai. Pedagang tersebut terkenal sangat dermawan, dan gemar membekali uang pada tamu-tamu acaranya. Sang Tetua desa yang diundang untuk memberikan nasehat ini dan itu, jamaknya akan mendapat ucapan terimakasih dalam jumlah lebih dari Si Pedagang.

Pengundang kedua adalah seorang juru masak dan pemilik kedai gulai terkenal di kota. Juru Masak ini terkenal dengan resep-resep ajaibnya yang hanya dikeluarkan pada saat-saat tertentu saja. Konon pada acara syukuran pernikahan putri tunggalnya ini, Sang Juru Masak akan mengerahkan seluruh kemampuan memasak untuk memanjakan lidah para tamu undangan. Sang Juru Masak juga terkenal karena suka membekali tamunya dengan aneka gulai, dan Si Tetua Desa lazimnya akan dibekali dengan berantang-rantang gulai setelah memberi sepatah dua patah kata selama acara.

Pengundang ketiga adalah seorang jauhari, ahli intan yang sangat tersohor kepiawaiannya dalam menaksir intan. Intan adalah batu yang elok warnanya, biasanya dipergunakan sebagai perhiasan. Kabarnya dia mengadakan pesta syukuran ini untuk merayakan keberhasilannya mendapatkan konsesi tambang intan di sebuah perbukitan tandus di luar pulau.

Alur-alur intan yang terpendam belasan meter di bawah bukit itu menjanjikan keuntungan berlipat-lipat dari modal yang dikeluarkan Sang Jauhari. Si Jauhari juga dikenal suka bermurah hati menghadiahkan intan pada orang-orang yang dihormatinya. Si Tetua sebagai tamu kehormatan sudah tentu akan dihadiahi beberapa biji intan pilihan dari jenis yang paling baik.

^_^

Peninglah kepala Si Tetua Desa dalam menentukan undangan siapa yang bakal dipenuhi. Jarak ketiga desa berjauhan, masing-masing harus ditempuh 2 jam mengayuh perahu menyusuri sungai. Bila dia berangkat selepas Isya, Sang Tetua baru akan sampai tujuan pada pukul 9 malam. Terlambat satu jam dari mulainya acara, tetapi masih ada dua jam lagi sampai acara selesai pukul 11 malam.

Alkisah Si Tetua sangat menggemari gulai ikan, seperti yang akan dihidangkan Si Juru Masak. Sudah lama dia tidak menemukan gulai ikan yang enak. Belakangan setelah tukang gulai ikan langganannya digantikan oleh anaknya, rasa gulainya tidak lagi nendang. Rasanya biasa-biasa saja seperti gulai buatan istri Si Tetua. Makanya dia memutuskan menghadiri undangan Si Juru Masak dengan harapan pulangnya akan mendapat pesangon berantang-rantang gulai ikan terbaik -- yang cukup untuk mengobati kerinduan terhadap gulai ikan selama beberapa hari.

Maka dikayuhnya sampan menuju arah hilir sungai, ke rumah Si Juru Masak. Namun di tengah perjalanan, Si Tetua teringat akan undangan Si Pedagang Kaya yang dermawan. Dirinya teringat, pada undangan tahun lalu, amplop ucapan terimakasih yang disodorkan Si Pedagang senilai penghasilan Si Tetua selama sebulan.

Dibayangkannya dengan uang tersebut dirinya bisa mengajak anak dan istrinya berkunjung ke rumah mertuanya di kota. Disamping itu dia bisa memanjakan dirinya dan anak-anaknya dengan berbelanja pantalon, sepatu dan ikat pinggang di toko-toko pakaian di pusat kota.

Terbayang dalam benaknya dua orang anaknya akan meloncat-loncat kegirangan saat diberitahu akan diajak pergi ke rumah kakeknya sambil berbelanja di toko pakaian. Wuufff, tiba-tiba saja Si Tetua Desa balik haluan, membelokkan sampannya ke arah hulu sungai, menuju rumah Si Pedagang Kaya.

Si Tetua mengayuh sampannya dengan sekuat tenaga karena melawan arus sungai. Apalagi dia merasa telah membuang waktu setengah jam untuk menuju rumah Juru Masak, dan kini dia paling lambat dua setengah jam harus bisa mencapai rumah Si Pedagang Kaya. Bayangan anak-anaknya yang akan bersorak-sorak gembira membuat kayuhan dayungnya tidak terasa berat walaupun melawan arus sungai yang sangat deras. Gambaran kegembiraan buah hatinya itu membuat sampan terasa ringan dikayuh menuju rumah Si Pedagang Kaya.

Namun saat di tengah perjalanan Si Tetua Desa teringat akan keinginan anak sulungnya untuk bersekolah di kota. Sekolah di desanya hanya sampai tingkat sekolah rakyat. Untuk dapat sekolah lanjutan, dia harus mengirim anaknya ke kota. Pastilah butuh biaya yang tidak sedikit.

Tiba-tiba Si Tetua ingat undangan dari Tukang Jauhari. Ahli intan yang kenal baik dengan dirinya ini terkenal akan kedermawanannya. Apalagi dia baru saja menemukan sumber intan di luar pulau. Dibayangkannya Si Jauhari akan membekali dirinya dengan satu kantung berisi beberapa biji intan yang sangat berharga. Kelak intan-intan itu bisa dia gunakan untuk membiayai sekolah anaknya.



Amplop uang dari Si Pedagang tiba-tiba menjadi tidak menarik lagi. Uang itu hanya cukup untuk membuat dirinya dan keluarganya bersenang-senang selama satu minggu di kota. Setelah itu dia tidak punya uang lagi. Urusan biaya sekolah Si Sulung belum akan terpecahkan. Setelah mengingat hal-hal tersebut dan menimbang untung-rugi dari setiap pilihan, tiba-tiba saja Si Tetua berubah pikiran. Dia membelokkan perahunya menuju anak sungai. Rumah Si Jauhari berada di ujung anak sungai. Si Tetua Desa berharap dirinya dapat mencapai rumah Si Jauhari sebelum acara selesai.

^_^

Ketika sampan mencapai ujung anak sungai yang berakhir di sebuah danau kecil, Tetua desa memperlambat sampannya. Didekatinya rumah Si Jauhari yang menjorok jauh ke darat. Namun didapatinya rumah tersebut telah sepi. Ada satu dua orang sedang beberes tikar yang masih dipenuhi piring-piring bekas makan malam. Tidak terlihat lagi tamu-tamu undangan berada di sana. Lampu-lampu minyak yang berjajar di halaman luar telah dipadamkan. Rupanya acara syukuran sudah usai. Alhasil Si Tetua cepat-cepat balik haluan menuju rumah Pedagang Kaya di arah hulu sungai.

Seperti yang terjadi pada rumah Jauhari, acara di tempat Si Pedagang Kaya juga telah usai. Lampu-lampu telah dipadamkan. Tikar-tikar sudah digulung. Tinggal tersisa beberapa orang duduk-duduk di muka rumah sambil mengobrol. Nampaknya mereka adalah beberapa orang upahan si pedagang yang akan menginap di teras rumah sambil menunggu pagi tiba. Pupus sudah harapan mendapat amplop dari Si Pedagang. Kini harapan satu-satunya Si Tetua tinggal acara si Juru Masak.

^_^

Waktu telah lewat tengah malam tatkala sampan Si Tetua sampai di rumah Si Juru Masak. Seperti di rumah Si Pedagang Kaya, tikar-tikar telah digulung dan lampu-lampu minyak di halaman telah dimatikan. Bahkan dilihatnya para pembantu Si Juru Masak telah bergelimpangan tidur di anak rumah.

Mata Si Tetua sembab. Tak satu-pun dari ketiga harapannya yang terpenuhi. Dirinya benar-benar telah kehilangan tiga kesempatan sekaligus. Pelan-pelan dikayuhnya sampan kembali ke rumah. Kepalanya tertunduk lesu, matanya menatap nanar riak-riak air di sekeliling perahunya. Tiba-tiba dia merasa bahwa sebuah pilihan yang paling tepat sekalipun --- bila diambil pada saat yang telah terlambat --- menjadi tidak ada artinya (undil – 17 Agustus 2009, diilhami kisah Lebai Malang).






Jumat, 21 Agustus 2009

Si Kancil KENA BATUNYA

Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga
dengan Si Kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan di hutan sambil
membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata, "Siapa yang tak kenal Kancil. Si
pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku". Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih
membuat Kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. "Buaya, Gajah, Harimau
semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya".
Si Kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan
oleh seekor Siput yang sedang duduk di bongkahan batu
yang besar. Si Siput berkata, "Hei Kancil, kau asyik sekali
berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira?".
Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia
menemukan letak Si Siput.
"Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya?". Siput
yang kecil dan imut-imut. Eh bukan!. "Kamu memang kecil
tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran
ayam". Ujar Si Kancil. Siput terkejut mendengar ucapan
Si Kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel.
Lalu Siputpun berkata, "Hai Kancil!, kamu memang cerdik
dan pemberani karena itu aku
menantangmu lomba adu cepat". Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu
depan.
Setelah Si Kancil pergi, Siput segera memanggil dan
mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong
teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya
harus berada di jalur lomba. "Jangan lupa, kalian
bersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu
harus segera muncul jika Si Kancil memanggil, dengan
begitu kita selalu berada di depan Si Kancil," kata Siput.
Hari yang dinanti tiba. Si Kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat
mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan
dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai.
Kancil berjalan santai, sedang Siput segera menyelam ke dalam air. Setelah
beberapa langkah, Kancil memanggil Siput. Tiba-tiba
Siput muncul di depan Kancil sambil berseru, "Hai
Kancil! Aku sudah sampai sini." Kancil terheran-heran,
segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia
memanggil Si Siput lagi. Ternyata Siput juga sudah
berada di depannya. Akhirnya Si Kancil berlari, tetapi
tiap ia panggil Si Siput, ia selalu muncul di depan Kancil.
Keringatnya bercucuran, kakinya
terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil Siput,
tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir Siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi
pemenang perlombaan.
Si Kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis
Kancil berkata, "Kancil memang tiada duanya." Kancil
dikagetkan ketika ia mendengar suara Siput yang sudah
duduk di atas batu besar. "Oh kasihan sekali kau Kancil.
Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari?". Ejek
Siput. "Tidak mungkin!", "Bagaimana kamu bisa lebih
dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang", seru
Si Kancil.
"Sudahlah akui saja kekalahanmu," ujar Siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a
dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan
mengakui kekalahannya. "Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku
hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu
dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan
menyepelekan mereka", ujar Siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah Si
Kancil dengan rasa menyesal dan malu.
HIKMAH :
Janganlah suka menyombongkan diri dan menyepelekan orang lain, walaupun kita
memang cerdas dan pandai.

Sabtu, 15 Agustus 2009

Cerita Rahasia Si Kancil Mengalahkan Kijang dalam Lomba Lari

Kamu bukan seorang pelari yang militan! Kamu hanyalah seorang pelari yang setengah-setengah! Mana mungkin kamu bisa menang melawan Kancil dengan upaya seminim itu!!!

^_^


Sang kancil tersenyum mendengar keluh kesah kijang yang baru saja hari kemarin dikalahkannya saat mereka berdua berlomba lari di depan mata seluruh penghuni hutan.

Bayangkan! Kijang sang jawara lari sepanjang masa akhirnya takluk dari Sang Kancil yang lebih dikenal sebagai binatang bijak bestari daripada sebagai jagoan lari. Kebesaran nama Kijang Pelari bahkan tak dapat ditandingi oleh singa raja hutan yang tak pernah sanggup menangkapnya.

“Bagaimana mungkin saya kalah dari kamu! Padahal aku telah berlatih keras setiap hari dan mengorbankan waktu untuk keluarga hanya untuk mempersiapkan diri bertanding lari”
keluh Kijang sambil matanya berkaca-kaca meratapi gelar pelari terbaik sepanjang masa yang telah beralih pada Sang Kancil.

^_^

Dua binatang itu masih bercakap-cakap sambil berjalan beriringan kala hujan rintik-rintik tiba-tiba turun membasahi rerumputan di sepanjang jalan setapak yang mereka lalui. Kijang cepat-cepat mengajak Kancil untuk berteduh di sebuah gua yang terletak di tepi jalan agak menjorok ke dalam.

Alih alih mengikuti ajakan tersebut, Sang Kancil malahan tersenyum lalu berkata pada Kijang

“Dengar Kijang! Alasan kekalahan Kijang dari Kancil baru saja terjawab oleh gerimis rintik-rintik”

Kijang terkejut dan speechless, tidak tahu apa yang dimaksud Sang Kancil. Apa hubungan gerimis rintik-rintik dengan kekalahan dirinya.

“Gerimis kecil rintik-rintik cukup untuk menghentikanmu dari berlatih. Kamu hanyalah seekor kijang pelari yang setengah hati. Hujan kecil kau jadikan alasan untuk tidak berlatih!. Urusan tetek bengek di rumah kau jadikan alasan untuk memperpendek latihan!

Kijang tertegun mendengar kata-kata Sang Kancil. Dia memang sering menolak berlatih karena harus mencari pucuk daun-daunan buat anak-anaknya, padahal sebenarnya itu bisa dilakukannya sore hari setelah berlatih. Masalahnya Kijang tidak mau kerja lembur hanya karena harus berlatih. Dia maunya berlatih hanya di jam-jam kosong dari pekerjaan saja. Tidak mau menunda sebuah tugas untuk dikerjakan sore hari setelah berlatih. Pekerjaan dulu, baru setelah ada waktu kosong dia mau berlatih.

“Kamu bukan seorang Kijang pelari militan! Kamu bukan seorang Kijang pelari fundamentalis! Kamu hanya mau sedikit berkorban untuk meraih gelar pelari terbaik sepanjang masa! Kamu berlatih setengah setengah! Kamu berupaya ala kadarnya, sambil berharap faktor-faktor lain akan membantumu memenangkan lomba lari! Gak bisalah! Mana bisa dirimu menang dengan cara itu!

Hujan rintik-rintik belum berhenti kala Sang Kancil melanjutkan kata-katanya.

“Aku juga punya banyak hambatan seperti kamu! Tapi aku tetap berlatih walaupun itu berarti aku harus kerja ekstra mencari rumput di sore hari seusai berlatih! Aku juga tidak pernah berhenti oleh gerimis rintik-rintik. Aku mau menunda pekerjaan memperbaiki rumahku dari sore menjadi malam hari karena aku harus berlatih! Aku tidak ragu-ragu untuk berkorban, sementara kamu lempeng saja, bertindak seperti biasa tanpa mau membuat pengorbanan ekstra!.

Kijang termenung mendengar kata-kata Sang Kancil. Dirinya memang tidak pernah sepenuh hati berlatih untuk menjadi pelari terbaik sepanjang masa. Dirinya hanyalah makhluk setengah hati, bukan seorang yang militan. bukan seorang fundamentalis. Pantas saja dirinya gagal meraih kembali gelar itu. Diam-diam Kijang merasa dirinya pantas kalah dari Sang Kancil (undil – bandung agt 2009)


tags: dongeng sang kancil, cerpen, cerita pendek, cerita anak, cerita manajemen, cerita psikologi

raja dan kura-kura

Di Benares, India, hidup seorang raja yang sangat gemar berbicara. Apabila ia sudah
mulai membuka mulutnya, tak seorang pun diberi kesempatan menyela pembicaraannya.
Hal ini sangat mengganggu menterinya. Sang menteri pun selalu memikirkan cara terbaik
menghilangkan kebiasaan buruk rajanya itu.
Pada suatu hari raja dan menterinya pergi berjalan-jalan di halaman istana. Tiba-tiba
mereka melihat seekor kura-kura tergeletak di lantai. Tempurungnya terbelah menjadi
dua.
"Sungguh ajaib!" kata Sang Raja dengan heran.
"Bagaimana hal ini dapat terjadi?"
Lalu Raja mulai dengan dugaan-dugaannya. Dia terusmenerus
membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi dengan kura-kura itu. Sang Menteri hanya
mengangguk-anggukkan kepala menunggu kesempatan
berbicara. Kemudian dia merasa menemukan cara terbaik
untuk menghilangkan kebiasaan buruk Sang Raja.
Ketika Sang Raja menarik napas untuk berbicara lagi, Sang Menteri segera menukas dan
berkata,
"Paduka, saya tahu kejadian sebenarnya yang dialami kura-kura naas ini!"
"Benarkah? Bila begitu, lekas katakan," kata Raja penuh rasa ingin tahu.
Dengan penuh keseriusan Sang Raja mendengarkan cerita menterinya. Sang Menteri pun
mulai bercerita.
Kura-kura itu awalnya tinggal di sebuah danau di dekat pegunungan Himalaya. Di sana
terdapat juga dua ekor angsa yang selalu mencari makan di danau tersebut. Mereka pun
akhirnya bersahabat. Pada suatu hari dua ekor angsa itu menemui kura-kura yang sedang
berjemur di tepi danau. "Kura-kura, kami akan segera kembali ke tempat asal kami yang
terletak di gua emas di kaki Gunung Tschittakura. Daerah tempat tinggal kami adalah
daerah terindah di dunia. Tidakkah engkau ingin ikut kami ke sana?" tanya Sang Angsa.
"Dengan senang hati aku akan turut denganmu," sahut kura-kura riang.
"Tetapi, sayangnya aku tak dapat terbang seperti kalian," lanjutnya dengan wajah
mendadak sedih.
"Kami akan membantumu agar dapat turut bersama kami ke sana. Tapi selama dalam
perjalanan kamu jangan berbicara karena akan membahayakan dirimu," kata angsa.
"Aku akan selalu mengingat laranganmu. Bawalah aku ke tempat kalian yang indah itu,"
janji kura-kura.
Lalu kedua angsa tersebut meminta kura-kura agar menggigit sepotong bambu. Kemudian
kedua angsa tersebut menggigit ujung-ujung bambu dan mereka pun terbang ke angkasa.
Ketika kedua angsa itu sudah terbang tinggi, beberapa orang di Benares melihat
pemandangan unik tersebut. Mereka pun tertawa terbahak-bahak sambil berteriak.
"Coba, lihat! Sungguh lucu. Ada dua ekor angsa membawa kura-kura dengan sepotong
bambu." Kura-kura yang suka sekali bicara merasa tersinggung ditertawakan. Dia pun lupa
pada larangan kedua sahabatnya. Dengan penuh kemarahan dia berkata,
"Apa anehnya? Apakah manusia itu sedemikian bodohnya sehingga merasa aneh melihat
hal seperti ini?"
Ketika kura-kura membuka mulutnya untuk berbicara, dua ekor angsa itu sedang terbang
di istana. Kura-kura pun terlepas dari bilah bambu yang digigitnya. Dia terjatuh tepat di
sini dan tempurungnya terbelah dua. "Kalau saja kura-kura itu tidak suka berbicara
berlebih-lebihan, tentu sekarang dia telah tiba di tempat sahabatnya,"
kata Sang Menteri mengakhiri ceritanya sambil memandang Sang Raja. Pada saat
bersamaan Raja pun memandang menterinya.
"Sebuah cerita yang menarik," sahut Sang Raja sambil tersenyum. Dia menyadari kemana
arah pembicaraan menterinya.
Sejak saat itu, Sang Raja mulai menghemat kata-katanya. Dia tidak lagi banyak bicara.
Tentu saja Sang Menteri amat senang melihat kenyataan itu.

pengemis dan putri raja

Tersebutlah seorang putri raja yang cantik jelita. Karena
bergelimang harta, Sang Putri mempunyai sifat buruk. Ia selalu
menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu.
Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan putrinya.
Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan
perhiasan dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci
perhiasan dari berbagai negeri.
Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota. Setelah singgah di berbagai
tempat, mereka berhenti di depan bangunan indah. Di depan bangunan itu terdapat air
mancur. Sang Putri sangat terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu
memancarkan butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari, butiranbutir
air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang Putri semakin
terpesona.
Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta dibuatkan air mancur di depan istana. Raja
mengabulkan permintaan itu. Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan
Sang Putri. Bukan main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.
Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari manisnya kejatuhan air
mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari manis Sang Putri laksana cincin. Begitu
tersinari matahari, lingkaran air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri
berdecak kagum. Ia berlari menemui Sang Raja.
"Ayahanda, saya ingin dibuatkan cincin permata dari butiran air," pinta Sang Putri.
Raja tak kuasa menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi
kerajaan mencari ahli permata.
Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli
permata mendengarkan dengan seksama.
"Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan seperti itu. Hamba minta
waktu untuk memikirkannya," kata ahli permata. Ia tampak kebingungan.
"Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau gagal, penjara telah menantimu!" tukas
Sang Raja.
Dua hari kemudian, ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat
memenuhi permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan ke
penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain. Tapi, beberapa
ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa dengan ahli permata pertama.
Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi demi putri kesayangannya.
Sementara itu, Sang Putri terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba
seorang pengemis tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana.
"Kamu ahli permata?" sergah Sang Raja.
"Bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi, mengapa Baginda menanyakan ahli
permata?" Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya.
"Izinkan hamba mencobanya, Baginda," ujar Si Pengemis kemudian.
"Awas, kalau gagal, penjara tempatmu!" ancam Sang Raja.
Si Pengemis kemudian memanggil Sang Putri.
"Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!" pinta Si Pengemis kepada Sang Putri
seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar memiliki cincin
yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia menengadahkan tangannya. Sebutir
air jatuh tepat di atas telapak tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis.
Tapi, sebelum sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri
mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu membawa butiran
air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga membuat butiran air cepat menguap.
Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia datang pada saat cuaca panas.
"Kalau butiran airnya tidak ada, bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang
Putri?
Saya kira tak seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba
khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan putri bodoh
karena menginginkan sesuatu yang tak ada."
Sesudah berkata demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana.
Apa yang dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri menyadari
kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli permata. Seluruh perhiasan
intan permata yang dimiliki Sang Putri dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi.
Sejak saat itu Sang Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.

sepatu abu kosim

Abu Kosim adalah seorang laki-laki setengah baya yang hidup di kota Bagdad. Badannya
kurus dan kecil, jenggotnya mirip jenggot kambing. Ia hidup seorang diri
di rumah yang cukup sederhana. Selama ini Abu Kosim dikenal sebagai
orang yang pelit pada dirinya sendiri. Barang-barang yang dimilikinya
tidak akan dibuang atau diberikan kepada orang lain sebelum terlihat
amat dekil. Salah satunya adalah sepatu. Sepatu terbuat dari kulit
unta yang telah dipakai bertahun-tahun itu tetap dipertahankan
meskipun sudah sangat dekil, berlubang di sana-sini dan menyebarkan
bau tidak sedap.
Suatu hari Abu Kosim bertemu dengan sahabat lamanya di kolam renang. Di tempat
tersebut sahabatnya berjanji akan membelikan sepatu baru. "Karena saya lihat sepatu
kamu sudah bau tong sampah," kata sahabatnya sedikit menyindir.
"Wah, kalau begitu terimakasih," ucap Abu Kosim tanpa merasa tersindir sedikit pun.
Sewaktu Abu Kosim selesai mandi, di dekat sepatu bututnya ada sepatu baru yang amat
bagus. Warnanya hitam dengan hiasan warna emas di sana-sini.
"Sahabatku memang baik," gumam Abu Kosim tercengang melihat sepatu itu. Ia kira
sepatu itu dari sahabatnya. Tanpa berpikir panjang lagi ia memakainya dan membawanya
pulang.
Tetapi apa yang terjadi? Tidak lama setelah Abu Kosim duduk di ruang tamu rumahnya,
datang seorang pengawal kerajaan membawa surat penangkapan.
"Apa salah saya?" tanya Abu Kosim.
"Kamu telah mencuri sepatu Gubernur," jawab pengawal.
"Mencuri? Yang benar saja," Abu Kosim merentangkan tangannya.
"Tadi saya memang baru diberi sepatu baru oleh sahabat lama saya. Bukan mencuri
seperti yang kamu tuduhkan!" Abu Kosim tidak terima.
"Saya hanya diminta menangkap tuan. Kalau keberatan, silakan tuan kemukakan alasan
tuan di persidangan," ujar pengawal.
Akhirnya dengan terpaksa Abu Kosim mengikuti pengawal. Di balairung ia sudah ditunggu
Gubernur beserta Tuan Hakim.
"Abu Kosim, kamu telah mencuri sepatu Gubernur dan menukarnya dengan sepatumu.
Karena kamu telah melanggar hukum, kamu didenda 50 dinar," kata Hakim usai
membacakan kesalahan Abu Kosim.
Tanpa memberi alasan lagi Abu Kosim mengeluarkan uang dendanya dan mengembalikan
sepatu Gubernur serta mengambil sepatu bututnya.
"Sepatu ini benar-benar membuat sial!" sungut Abu Kosim begitu keluar dari balairung,
"lebih baik dibuang di sungai saja," putusnya kemudian.
Hari itu juga, sebelum sampai di rumah Abu Kosim membuang sepatunya ke sungai. Namun
dasar sedang sial, sepatu yang dibuang itu ternyata tersangkut di jala seorang nelayan
miskin.
Beberapa jam kemudian datang pengawal membawa surat penangkapan.
"Sepatu yang kamu buang telah merusak jala seorang nelayan miskin, sehingga ia tidak
mendapatkan ikan," alasan pengawal.
Untuk kedua kalinya di hadapan Gubernur Abu Kosim didenda. Kali ini dia harus mengganti
segala kerugian yang diderita nelayan itu, gara-gara sepatu bututnya.
"Benar-benar sepatu sialan!" umpat Abu Kosim begitu kembali ke rumah, "Mungkin aku
harus membuangnya di tempat yang tidak dilalui orang," terusnya sambil berpikir keras.
Malam harinya Abu Kosim berjalan menyusuri kota dan menemukan bangunan kuno
tertinggi di Kota Bagdad.
Di atas genteng bangunan itulah ia membuang sepatunya.
Ternyata apa yang diperkirakan Abu Kosim meleset. Memang bangunan itu tidak dilewati
orang, tetapi di situ ada penghuninya, yaitu seekor kucing. Karena merasa terganggu
dengan bau busuk sepatu Abu Kosim, kucing tersebut menjatuhkannya. Pada saat itu di
bawah gedung ada seorang laki-laki lewat dan sepatu Abu Kosim mengenai kepalanya. Lakilaki
itu langsung mengadu-kan kepada Gubernur. Sekali lagi Gubernur memanggil Abu
Kosim.
"Untuk ketiga kalinya kamu membuat kesalahan, karena itu selain didenda kamu juga
ditahan selama satu minggu!" Hakim memutuskan di persidangan. Nah, di dalam sel itulah
Abu Kosim baru sadar akan sifat pelitnya selama ini yang ternyata telah
menyengsarakannya dan menyengsarakan orang lain.
Setelah keluar dari penjara ia menghadap Gubernur.
"Yang mulia, saya ingin membuat perjanjian," kata Abu Kosim sungguh-sungguh,
"saya akan membuang sepatu butut ini dan akan membeli sepatu baru. Dengan begitu apa
pun yang terjadi akibat sepatu ini jangan dikaitkan dengan saya," katanya lagi.
Gubernur tersenyum tanda setuju. Terlebih lagi setelah Abu Kosim berjanji akan
merubah sifat pelitnya selama ini.

petualangan guliver

Dahulu kala di negara Inggris ada seorang dokter muda bernama Guliver. Ia senang
berlayar ke negara yang sangat jauh. Hingga pada suatu saat, ketika ia berlayar, datang angin topan yang sangat dahsyat. Semua orang yang naik kapal tersebut terlempar ke laut. Guliver terus berenang di antara ombak yang bergulung-gulung. Akhirnya ia terdampar di sebuah pantai. Ketika ia membuka matanya, tubuhnya telah
diikat dengan tali kecil dan banyak prajurit-prajurit kecil
yang membawa tombak mengelilinginya. "Jangan bergerak!
Lihatlah keadaanmu!" "Hai laki-laki raksasa, siapakah kau
sebenarnya ?". "Namaku Guliver, kapal yang aku naiki
tenggelam dan aku terdampar disini." "Baiklah, kau akan
kami bawa ke Istana." Kemudian prajurit-prajurit kecil
mengangkat dan menaikkan Guliver ke atas kendaraan
raksasa yang ditarik kuda-kuda kecil.
Setelah tiba di Istana dan tali-tali yang mengikatnya dilepaskan, Guliver menceritakan
kejadian yang menimpa diri dan kapalnya kepada raja. "Baiklah, kau boleh tinggal disini
asal kau berkelakuan baik dan sopan", kata sang Raja. Setelah itu raja menyuruh
pelayannya untuk menyiapkan hidangan untuk Guliver. "Sebagai rasa hormat saya, saya
ingin memberikan hadiah kepada Baginda," kata Guliver sambil mengeluarkan sebuah
pistol dan mencoba menembakkannya. Door!! Orang-orang di kota tersebut terkejut dan
berlarian mendengar suara pistol Guliver. "Hm.. meriam yang hebat," kata Raja.
Keesokan harinya, Guliver berjalan berkeliling kota setelah diijinkan oleh Raja. Guliver
merasa sedang berjalan diantara gedung-gedung yang bagaikan mainan. Guliver semakin
akrab dengan penduduk-penduduk di lingkungan Istana. Guliver memberikan kenangkenangan
berupa sebuah jam kepada mereka. Suatu hari, Raja datang dengan putrinya
untuk berunding. Raja merasa bingung karena raja negeri tetangga ingin menikah dengan
putrinya. Tetapi putrinya tidak menginginkannya. Namun, jika permintaan tersebut
ditolak, raja negeri seberang mengancam akan datang menyerang. "Baiklah, aku akan
berusaha menolong, Tuanku." Guliver minta disediakan tali-tali yang diberi kail pada
ujungnya. Ketika ia pergi ke pelabuhan, kapal-kapal musuh sudah berjejer di tengah laut.
Guliver pergi ke arah kapal itu.
Tiba-tiba ia diserang dengan panah-panah kecil yang tidak
terasa dibadan Guliver. Ia hanya menutup matanya dengan
tangan agar panah-panah itu tidak mengenai matanya.
Guliver menarik kapal-kapal musuh ke pelabuhan. "Hidup
Guliver!", "Hebat! Guliver sangat kuat." Akhirnya raja
negeri tetangga memohon maaf dan berjanji tidak akan
berperang lagi dan akan menjalin persahabatan.
Esok harinya, Guliver menemukan perahu yang sudah rusak dan hanyut terombang-ambing
ombak. "Kalau kondisi perahu ini baik, aku mungkin bisa bertemu dengan kapal laut yang
akan pulang ke Inggris. Penduduk negeri itu membantu Guliver memperbaiki perahu.
Berkat usaha dan kerjasama yang baik, dalam sekejap perahu itu sudah bagus
kembali. "Terima kasih banyak atas bantuan kalian semua."
Tibalah hari kepulangan Guliver. Ia dibekali makanan dan
juga sapi-sapi yang dinaikkan ke perahu. "Baginda, saya
telah merepotkan selama tinggal disini dalam waktu yang
lama, maafkan saya jika saya banyak kesalahan." "Hatihatilah
Guliver dan selamat jalan." Setelah diantar Raja
dan segenap penduduk negeri, perahu Guliver berangkat
menuju lautan. "Beberapa hari kemudian, dari arah depan perahu,
Guliver melihat kapal laut besar. Ia segera melambaikan tangannya dan ia pun ditolong
oleh kapal itu. Kebetulan sekali, ternyata kapal itu akan pulang ke Inggris. "Syukurlah
akhirnya aku bisa pulang ke Inggris," ucap Guliver dalam hati. Orang-orang dikapal merasa
kagum dan aneh dengan cerita Guliver dan melihat sapi kecil yang dibawa olehnya.

cinderella

Di sebuah kerajaan, ada seorang anak perempuan yang
cantik dan baik hati. Ia tinggal bersama ibu dan kedua
kakak tirinya, karena orangtuanya sudah meninggal dunia.
Di rumah tersebut ia selalu disuruh mengerjakan seluruh
perkerjaan rumah. Ia selalu dibentak dan hanya diberi
makan satu kali sehari oleh ibu tirinya. Kakak-kakaknya
yang jahat memanggilnya "Cinderela". Cinderela artinya gadis yang kotor dan penuh dengan debu. "Nama yang cocok buatmu !" kata
mereka.
Setelah beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan
surat undangan pesta dari Istana. "Asyik! kita akan pergi dan berdandan secantikcantiknya.
Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira", kata mereka. Hari yang
dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderela mulai berdandan dengan gembira. Cinderela
sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana.
"Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?", kata kakak
Cinderela.
Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderela kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeraskerasnya
karena hatinya sangat kesal. "Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor
seperti ini, tapi aku ingin pergi.." Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. "Cinderela,
berhentilah menangis." Ketika Cinderela berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum
dengan ramah. "Cinderela bawalah empat ekor tikus dan
dua ekor kadal." Setelah semuanya dikumpulkan
Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke
kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil
menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikustikus
berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadalkadal
berubah menjadi dua orang sais. Yang terakhir,
Cinderela berubah menjadi Putri yang cantik, dengan
memakai gaun yang sangat indah.
Karena gembiranya, Cinderela mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya
seperti kupu-kupu. Peri berkata, "Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah
lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah
malam. "Ya Nek. Terimakasih," jawab Cinderela. Kereta kuda emas segera berangkat
membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula
istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat
kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantiknya putri itu! Putri dari negara mana ya ?"
Tanya mereka. Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik,
maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya!," kata Cinderela sambil mengulurkan
tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan
kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putri yang cantik itu
adalah Cinderela.
Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan
selama ini," kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai
berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik
tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana.
Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi
Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari.
Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak
Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca
kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku
akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun
Cinderela kembali menjadi gadis yang
penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak
gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka,
tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela.
"Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal.
Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka
tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal
melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi
marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya.
Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira.
"Cinderela, selamat..," Cinderela menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya.
"Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.," katanya.
Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang
memakai gaun pengantin. "Pengaruh sihir ini tidak akan
hilang walau jam berdentang dua belas kali", kata sang
peri. Cinderela diantar oleh tikus-tikus dan burung yang
selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana,
Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia.
Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup
berbahagia.

balas budi burung bangau

Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya
mengambil kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil
penjualan dibelikannya makanan. Terus seperti itu setiap
harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang
dari kota ia melihat sesuatu yang menggelepar di atas
salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor burung
bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta.
Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu
sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku
beberapa kali sebelum
terbang ke angkasa. Karena cuaca yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku
segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara
ketukan pintu di luar rumah.
Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik
sedang berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan
salju. "Masuklah, nona pasti kedinginan, silahkan
hangatkan badanmu dekat tungku," ujar Yosaku. "Nona
mau pergi kemana sebenarnya ?", Tanya Yosaku. "Aku
bermaksud mengunjungi temanku, tetapi karena salju
turun dengan lebat, aku jadi tersesat." "Bolehkah aku
menginap disini malam ini ?". "Boleh
saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan.", kata Yosaku. "Tidak
apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap". Kemudian gadis itu merapikan
kamarnya dan memasak makanan yang enak.
Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir
bahwa gadis itu akan segera pergi, ia merasa kesepian. Salju masih turun dengan
lebatnya. "Tinggallah disini sampai salju reda." Setelah lima hari berlalu salju mereda.
Gadis itu berkata kepada Yosaku, "Jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal
terus di rumah ini." Yosaku merasa bahagia menerima permintaan itu. "Mulai hari ini
panggillah aku Otsuru", ujar si gadis. Setelah menjadi Istri Yosaku, Otsuru mengerjakan
pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari, Otsuru meminta suaminya, Yosaku,
membelikannya benang karena ia ingin menenun.
Otsuru mulai menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar
jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat tempat
Otsuru menenun. Setelah tiga hari berturut-turut
menenun tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain
tenunannya sudah selesai. "Ini tenunan ayanishiki. Kalau
dibawa ke kota pasti akan terjual dengan harga mahal.
Yosaku sangat senang karena kain tenunannya dibeli orang
dengan harga yang cukup mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang
untuk dibawa pulang. "Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih
istriku. Tetapi sebenarnya para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih
banyak lagi. "Baiklah akan aku buatkan", ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari keempat
setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus.
Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi.
Di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak
ada maka Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya.
"Baiklah akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya", kata Otsuru.
Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun,
Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat
terkejut ketika yang dilihatnya di dalam ruang menenun,
ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk
ditenun menjadi kain. Sehingga badan bangau itu hampir
gundul kehabisan bulu. Bangau itu akhirnya sadar dirinya
sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah
wujud kembali menjadi Otsuru. "Akhirnya kau melihatnya
juga", ujar Otsuru.
"Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah Kau tolong", untuk membalas
budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini," ujar
Otsuru. "Berarti sudah saatnya aku berpisah
denganmu", lanjut Otsuru. "Maafkan aku, ku
mohon jangan pergi," kata Yosaku. Otsuru
akhirnya berubah kembali menjadi seekor
bangau. Kemudian ia segera mengepakkan
sayapnya terabng keluar dari rumah ke
angkasa.
Tinggallah Yosaku sendiri
yang menyesali perbuatannya.

Jumat, 14 Agustus 2009

pangeran katak

Pada suatu waktu, hidup seorang raja yang mempunyai beberapa anak gadis yang cantik,
tetapi anak gadisnya yang paling bungsulah yang paling cantik. Ia memiliki wajah yang
sangat cantik dan selalu terlihat bercahaya. Ia bernama Mary. Di dekat istana raja
terdapat hutan yang luas serta lebat dan di bawah satu pohon limau yang sudah tua ada
sebuah sumur.
Suatu hari yang panas, Putri Mary pergi bermain menuju hutan dan duduk
di tepi pancuran yang airnya sangat dingin. Ketika sudah bosan sang Putri mengambil
sebuah bola emas kemudian melemparkannya tinggi-tinggi lalu ia tangkap kembali. Bermain
lempar bola adalah mainan kegemarannya.
Namun, suatu ketika bola emas sang putri tidak bisa
ditangkapnya. Bola itu kemudian jatuh ke tanah dan
menggelinding ke arah telaga, mata sang putri terus
melihat arah bola emasnya, bola terus bergulir hingga
akhirnya lenyap di telaga yang dalam, sampai dasar telaga
itu pun tak terlihat. Sang Putri pun mulai menangis.
Semakin lama tangisannya makin keras. Ketika ia masih
menangis, terdengar suara seseorang berbicar
a padanya, "Apa yang membuatmu bersedih tuan putri? Tangisan tuan Putri sangat
membuat saya terharu" Sang Putri melihat ke sekeliling mencari darimana arah
suara tersebut, ia hanya melihat seekor katak besar
dengan muka yang jelek di permukaan air. Oh, apakah
engkau yang tadi berbicara katak? Aku menangis karena
bola emasku jatuh ke dalam telaga. Berhentilah menangis,
kata sang katak. Aku bisa membantumu mengambil bola
emasmu, tapi apakah yang akan kau berikan padaku nanti?,
lanjut sang katak.
Apapun yang kau minta akan ku berikan, perhiasan dan mutiaraku, bahkan aku akan
berikan mahkota emas yang aku pakai ini, kata sang putri. Sang katak menjawab, aku tidak
mau perhiasan, mutiara bahkan mahkota emasmu, tapi aku ingin kau mau menjadi teman
pasanganku dan mendampingimu makan, minum dan menemanimu tidur. Jika kau berjanji
memenuhi semua keinginanku, aku akan mengambilkan bola emasmu kembali, kata sang
katak. Baik, aku janji akan memenuhi semua keinginanmu jika kau berhasil membawa bola
emasku kembali. Sang putri berpikir, bagaimana mungkin seekor katak yang bisa
berbicara dapat hidup di darat dalam waktu yang lama. Ia hanya bisa bermain di air
bersama katak lainnya sambil bernyanyi. Setelah sang putri berjanji, sang katak segera
menyelam ke dalam telaga dan dalam waktu singkat ia kembali ke permukaan sambil
membawa bola emas di mulutnya kemudian melemparkannya ke tanah.
Sang Putri merasa sangat senang karena bola emasnya ia dapatkan kembali. Sang Putri
menangkap bola emasnya dan kemudian berlari pulang. Tunggu ! tunggu, kata sang katak.
Bawa aku bersamamu, aku tidak dapat berlari secepat dirimu. Tapi percuma saja sang
katak berteriak memanggil sang putri, ia tetap berlari meninggalkan sang katak. Sang
katak merasa sangat sedih dan kembali ke telaga. Keesokan harinya,
ketika sang Putri sedang duduk bersama ayahnya sambil
makan siang, terdengar suara lompatan di tangga marmer.
Sesampainya di tangga paling atas, terdengar ketukan
pintu dan tangisan, Putri, putri! bukakan pintu untukku.
Sang putri bergegas menuju pintu. Tapi ketika ia membuka
pintu, ternyata di hadapannya sudah ada sang katak.
Karena kaget ia segera menutup pintu keraskeras.
Ia kembali duduk di meja makan dan kelihatan ketakutan. Sang Raja yang melihat
anaknya ketakutan bertanya pada putrinya, Apa yang engkau takutkan putriku? Apakah
ada raksasa yang akan membawamu pergi? Bukan ayah, bukan seorang raksasa tapi seekor
katak yang menjijikkan, kata sang putri. Apa yang ia inginkan darimu? tanya sang raja
pada putrinya.
Kemudian sang putri bercerita kembali kejadian yang menimpanya kemarin. Aku tidak
pernah berpikir ia akan datang ke istana ini.., kata sang Putri. Tidak berapa lama,
terdengar ketukan di pintu lagi. Putri!, putri, bukakan pintu untukku. Apakah kau lupa
dengan ucapan mu di telaga kemarin? Akhirnya sang Raja berkata pada putrinya, apa saja
yang telah engkau janjikan haruslah ditepati. Ayo, bukakan pintu untuknya. Dengan
langkah yang berat, sang putri bungsu membuka pintu, lalu sang katak segera
masuk dan mengikuti sang putri sampai ke meja makan.
Angkat aku dan biarkan duduk di sebelahmu, kata sang
katak.Atas perintah Raja, pengawal menyiapkan piring
untuk katak di samping Putri Mary. Sang katak segera
menyantap makanan di piring itu dengan menjulurkan
lidahnya yang panjang. Wah, benar-benar tidak punya
aturan. Melihatnya saja membuat perasaanku tidak
enak, kata Putri Mary.
Sang Putri bergegas lari ke kamarnya. Kini ia merasa lega bisa melepaskan diri dari sang
katak. Namun, tiba-tiba, ketika hendak membaringkan diri di tempat tidur. Kwoook!
ternyata sang katak sudah berada di atas tempat tidurnya. Cukup katak! Meskipun aku
sudah mengucapkan janji, tapi ini sudah keterlaluan! Putri Mary sangat marah, lalu ia
melemparkan katak itu ke lantai. Bruuk! Ajaib, tiba-tiba asap keluar dari tubuh katak.
Dari dalam asap muncul seorang pangeran yang gagah. Terima kasih Putri Mary! kau telah
menyelamatkanku dari sihir seorang penyihir yang jahat. Karena kau
telah melemparku, sihirnya lenyap dan aku kembali ke
wujud semula. Kata sang pangeran. Maafkan aku karena
telah mengingkari janji, kata sang putri dengan penuh
sesal. Aku juga minta maaf. Aku sengaja membuatmu
marah agar kau melemparkanku, sahut sang Pangeran.
Waktu berlalu begitu cepat. Akhirnya sang Pangeran dan
Putri Mary mengikat janji setia dengan menikah dan
merekapun hidup bahagia.
HIKMAH :
Jangan pernah mempermainkan sebuah janji dan pikirkanlah dahulu janji-janji yang
akan kita buat.

aladin dan lampu ajaib

Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak
laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah
seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain.
Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai
keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar
kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan
yang ditempuh sangat jauh.
Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh untuk
mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa
laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian
menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak" tiba-tiba
tanah menjadi berlubang seperti gua.
Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku
lampu antik di dasar gua itu", seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke sana", jawab
Aladin. Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada
Aladin. "Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu", kata si penyihir.
Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan
takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohonpohon
berbuah permata. Setelah buah permata dan lampu
yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga
kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian.
"Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu
ini akan kuberikan setelah aku keluar", jawab
Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu
lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah
tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu,
Tuhan, tolonglah aku !", ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya
menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa.
Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah
peri cincin kata raksasa itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan,
naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", ujar peri cincin. Dalam waktu
singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya panggillah
dengan menggosok cincin Tuan."
Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu
menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu.
"Syut !" Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu.
"Sebutkanlah perintah Nyonya", kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami
hal seperti ini memberi perintah, "kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami". Dalam
waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat dan kemudian
menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok
lampu itu", kata si peri lampu.
Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin
sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan
rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu
menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin,
Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata
kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja
amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang
ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".
Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan
meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana.
Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama
kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di
punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja
dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang
sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu
?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua
melaksanakan pesta pernikahan.
Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua
kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke
tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual
lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak,
"tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang
permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang
segera keluar dan menukarkannya dengan lampu
baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong
istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut.
Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang
telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya
kepadaku", seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah
sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku
yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana", seru
Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari
kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum
bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita
nanti akan menang", jawab Aladin.
Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib
menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera
menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin
kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang
Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir
itu hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah
kami dan Istana ini kembali ke Persia". Sesampainya di
Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir
dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan
kesusahan.

tukang sepatu dan liliput

Dahulu kala, di sebuah kota tinggal seorang Kakek dan Nenek pembuat sepatu. Mereka
sangat baik hati. Si kakek yang membuat sepatu sedangkan nenek yang menjualnya. Uang
yang didapat dari setiap sepatu yang terjual selalu dibelikan makanan yang banyak untuk
dibagikan dan disantap oleh orang-orang jompo yang miskin dan anak kecil yang sudah
tidak mempunyai orangtua. Karena itu walau sudah membanting tulang, uang mereka selalu
habis. Karena uang mereka sudah habis, dengan kulit bahan sepatu yang tersisa, kakek
membuat sepatu berwarna merah. Kakek berkata kepada nenek, Kalau sepatu ini terjual,
kita bisa membeli makanan untuk Hari Raya nanti.
Tak lama setelah itu, lewatlah seorang gadis kecil yang tak
bersepatu di depan toko mereka. Kasihan sekali gadis itu !
Ditengah cuaca dingin seperti ini tidak bersepatu. Akhirnya
mereka memberikan sepatu berwarna merah tersebut kepada
gadis kecil itu.
Apa boleh buat, Tuhan pasti akan menolong kita, kata si kakek. Malam tiba, merekapun
tertidur dengan nyenyaknya. Saat itu terjadi kejadian aneh. Dari hutan muncul kurcacikurcaci
mengangkut kulit sepatu, membawanya ke rumah si kakek kemudian membuatnya
menjadi sepasang sepatu yang sangat bagus. Ketika sudah selesai mereka kembali ke
hutan.
Keesokan paginya kakek sangat terkejut melihat ada sepasang sepatu yang sangat hebat.
Sepatu itu terjual dengan harga mahal. Dengan hasil penjualan sepatu itu mereka
menyiapkan makanan dan banyak hadiah untuk dibagikan kepada anak-anak kecil pada Hari
Raya. Ini semua rahmat dari Yang Maha Kuasa.
Malam berikutnya, terdengar suara-suara diruang kerja kakek. Kakek dan nenek lalu
mengintip, dan melihat para kurcaci yang tidak mengenakan pakaian sedang membuat
sepatu. Wow, pekik si kakek. Ternyata yang membuatkan sepatu untuk kita adalah para
kurcaci itu. Mereka pasti kedinginan karena tidak mengenakan pakaian, lanjut si nenek.
Aku akan membuatkan pakaian untuk mereka sebagai tanda terima kasih. Kemudian nenek
memotong kain, dan membuatkan baju untuk para kurcaci itu. Sedangkan kakek tidak
tinggal diam. Ia pun membuatkan sepatu-sepatu mungil untup para kurcaci. Setelah
selesai mereka menjajarkan sepatu dan baju para kurcaci di ruang kerjanya. Mereka juga
menata meja makan, menyiapkan makanan dan kue yang lezat di atas meja.
Saat tengah malam, para kurcaci berdatangan. Betapa terkejutnya mereka melihat begitu
banyaknya makanan dan hadiah di ruang kerja kakek. Wow, pakaian yang indah !. Mereka
segera mengenakan pakaian dan sepatu yang sengaja telah disiapkan kakek dan nenek.
Setelah selesai menyantap makanan, mereka menari-nari dengan riang gembira. Hari-hari
berikutnya para kurcaci tidak pernah datang kembali.
Tetapi sejak saat itu, sepatu-sepatu yang dibuat Kakek selalu laris terjual. Sehingga
walaupun mereka selalu memberikan makan kepada orang-orang miskin dan anak yatim
piatu, uang mereka masih tersisa untuk ditabung. Setelah kejadian itu semua, Kakek dan
dan nenek hidup bahagia sampai akhir hayat mereka.

petualangan tom sawyer

Tom Sawyer adalah seorang anak laki-laki yang sangat
menyukai petualangan. Pada suatu malam ia melarikan diri
dari rumah, lalu bersama temannya yang bernama Huck
pergi ke pemakaman. "Hei, Huck! Kalau kita membawa
kucing yang mati dan menguburnya, katanya kutil kita bisa
diambil." "Benar. Serahkan saja padaku! Masa'sih begitu
saja takut."
"Hei , tunggu! Ada orang yang datang! Tom dan Huck segera bersembunyi. "Bukankah itu
Dokter dan Kakek Peter? Dan itu si Indian Joe..." Kemudian Dokter dan Kakek Petter
mulai bertengkar karena masalah uang. Untuk mendapatkan mayat, Dokter harus
melakukan penggaliannya berdua. Lalu Kakek Petter mulai menaikkan harga, tetapi Dokter
menolak. Kemudian Kakek Petter dipukul oleh Dokter hingga terjatuh. Setelah itu, si
Indian Joe memungut pisau yang dibawa Kakek Petter dan melompat menyerang Dokter.
Brukk!
Si Indian Joe membunuh Dokter, lalu pergi membawa lari uang itu. Keesokan harinya
Dokter ditemukan meninggal dunia di pemakaman itu, dan orang-orang kota mulai
berkumpul. "Ini adalah pisau Kakek Petter. Jadi, Kakek yang membunuh Dokter." "A... aku
tidak bisa mengingatnya dengan jelas... "Apa!? Aku telah melihat Kakek Petter membunuh
Dokter." "Memang benar, pembunuhnya adalah Kakek Petter.
Kemudian Kakek Petter ditangkap dan dimasukkan ke
dalam penjara. "Wah... padahal pembunuh yang
sebenarnya adalah si Indian Joe." "Tetapi, kalau kita
mengatakan hal itu, si Indian Joe akan balas dendam dan
membunuh kita..." Beberapa hari telah berlalu, dan semua
orang telah melupakan kejadian itu. Pada suatu hari Tom
bertengkar dengan Becky, gadis yang disukain
ya di sekolah. "Apa-apaan. Aku benci sama Tom."
Tom yang dimarahi oleh Becky merasa patah hati. Lalu temannya yang bernama Joe
berkata, "Baik di rumah maupun di sekolah aku sudah tak diperlukan. Tom, kita
melarikan diri saja, yuk!" Tom dan Joe mengajak Huck,
mereka bermaksud hidup di sebuah pulau di tengahtengah
sungai. "Yahooo! Kalau begini, kita seperti bajak
laut, ya! "Kita tak perlu pergi ke sekolah." Ketiganya
menyeberangi sungai dengan rakit yang dibuatnya, dan
mereka seharian bermain. Ketika mulai lapar, mereka pun
makan telur goreng dan apel.
Keesokan harinya ketika mereka sedang bermain, tiba-tiba.... duaaar! Air sungai
menyembur ke atas. "Oh, itu adalah isyarat dari seseorang yang sedang mencari orang
yang tenggelam." Orang-orang kota mengira Tom dan Joe tenggelam di sungai, lalu
mereka pun datang untuk mencari. "Mungkin saat ini Bibi Polly sedang
mengkhawatirkanku." Di tengah malam Tom berenang menyeberangi sungai, kembali ke
rumahnya untuk melihat keadaan. Ketika Tom mengintip dari jendela, dilihatnya Bibi Polly
dan Ibu Joe sedang menangis. "Semuanya meninggal dunia, ya..."
Kemudian Tom kembali ke pulau dan menceritakan hal itu pada Huck dan Joe. Mereka
sangat terkejut. Akhirnya, mereka sepakat untuk pulang pada hari upacara pemakaman
mereka. "Wah, Tom! Kamu pulang, ya.!" "Joe, syukurlah kamu pulang dengan selamat."
Semuanya gembira atas kepulangan mereka.
Beberapa hari kemudian pengadilan Kakek Petter dimulai. Di pengadilan Kakek Petter
ditetapkan sebagai pembunuh, dan ia akan dihukum mati. Untuk membebaskan Kakek
Petter, Tom memberanikan diri menjadi saksi. "Pembunuh yang sebenarnya adalah si
Indian Joe itu. Kami telah melihat kejadian yang sesungguhnya." Si Indian Joe yang
mendengar hal ini segera melompat dari jendela. Praaang! Ia melarikan diri. Kakek Petter
merasa sangat gembira karena jiwanya tertolong. "Tom, terima kasih banyak. Begitu
pengadilan berakhir, kota kembali pada kehidupannya semula. Pada suatu hari Huck dan
Tom pergi ke sebuah rumah yang tak berpenghuni. Ketika keduanya sedang mencari
sesuatu di tingkat dua, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam rumah. "Ooh! Si Indian Joe
bersama sahabatnya, si pencuri!"
Untuk menyembunyikan uang yang telah dicurinya, para pencuri itu mulai menggali lantai.
Dan... criing! Mereka mengeluarkan kotak emas. "Hyaaa! Harta karun yang banyak!"
"Baiklah, kita pindahkan persembunyiannya lalu kita beri tanda dengan kayu ini." Si Indian
Joe juga mulai naik ke tingkat dua, untuk memeriksa. "Bagaimana, nih? Kalau ketahuan,
pasti kita dibunuh olehnya..." Praaak! Gedebug! Karena papan tangganya sudah lapuk, di
tengah-tengah tangga si Indian Joe terjatuh. Tom dan Huck pun merasa lega.
Di lain pihak Tom, Becky, dan teman-temannya pergi berpiknik bersama-sama. Tetapi,
Tom dan Becky tersesat di sebuah goa. Mereka tak tahu jalan pulang. Tiba-tiba,
muncul asap membumbung mengelilingi keduanya. "Kyaaa!
Tom, aku takut!" "Oh, ada seseorang!" Tiba-tiba
muncullah sosok Indian Joe di depan Tom dan Becky.
Saking terkejutnya, sampai-sampai keduanya sulit untuk
bemafas. "Waaaw! Ayo, lari!" Dengan cepat, Tom dan
Becky berlari hingga keluar dari dalam goa. Akhimya
mereka pulang.
Bibi Polly yang khawatir sangat gembira dengan kepulangan kedua anak itu. Ketika Tom
pergi bermain ke rumah Becky, ayah Becky berkata, "Tom karena goa itu berbahaya,
sebaiknya ditutup saja." Ya... tetapi di situ ada Indian Joe. Ketika semuanya pergi ke
sana, ternyata Indian Joe jatuh pingsan di pintu masuk goa. la tersesat. Kemudian mereka
menutup pintu masuk goa, dan menjebloskan Indian Joe ke dalam penjara. "Temyata
Indian Joe menyembunyikan emasnya di atas batu yang terletak di dalam goa ini dan telah
diberi tanda. " Tom dan Huck masuk ke dalam goa dengan melewati jalan rahasia. Ketika
mereka menggali batu yang sudah diberi tanda, mereka melihat emas yang disembunyikan
kedua orang pencuri itu.
"Horee dengan harta ini, kita akan menjadi kaya!" Saat Tom dan Huck pulang, Nyonya
Douglas yang telah ditolong oleh Huck mengadakan pesta untuk menyambut mereka.
"Petualangan Tom Sawyer" adalah cerita yang diangkat dari kisah di Mississipi, Amerika.
Menceritakan tentang pemuda nakal, bernama Tom dan sahabatnya, Huck.

Puisi Ramadhan - Fenomena Cinta

Ketika rasa lapar dan dahaga
menjadi saksi ketundukan
Ketika suara tasbih
menjadi saksi kerendahan hati
Ketika doa didengar
Ketika amalan diterima
Ketika sedekah menjadi ringan
Ketika pahala berlipat ganda
Adalah fenomena keindahan cinta
yang turun di dunia kala puasa tiba




Puisi Ramadhan - Ramadhan Segera Tiba

bahagia rasanya
detik-detik untaian permata
jam-jam begitu berharga
hari-hari penuh pahala
bulan paling utama
ramadhan segera tiba
bulan dimana manusia
diundang menjadi tamu Allah
dan dimuliakan oleh-Nya

tiada yang lebih indah daripada
dimuliakan oleh Sang Mahaperkasa

petualangan sinbad

Dahulu, di daerah Baghdad, Timur Tengah, ada seorang pemuda bernama Sinbad yang
kerjanya memanggul barang-barang yang berat dengan upah yang sedikit, sehingga
hidupnya tergolong miskin. Suatu hari, Sinbad beristirahat di depan pintu rumah
saudagar kaya karena sangat lelah dan kepanasan. Sambil
istirahat, ia menyanyikan lagu. "Namaku Sinbad, hidupku
sangat malang, berapapun aku bekerja dengan memanggul
beban di punggung tetaplah penderitaan yang kurasakan."
Tak berapa lama muncul pelayan rumah itu, menyuruh
Sinbad masuk karena dipanggil tuannya.
"Apakah namamu Sinbad ?", "Benar Tuan". "Namaku juga Sinbad", kata sang saudagar. Ia
pun mulai bercerita, "Dulu aku seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, aku sangat
sedih karena kau berpikir hanya kamu sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga
buruk, orangtua ku meninggalkan banyak warisan, tetapi aku hanya bermain dan
menghabiskan harta saja. Setelah jatuh miskin aku bertekad menjadi seorang pelaut. Aku
menjual rumah dan semua perabotannya untuk membeli kapal dan seisinya. Karena sudah
lama tidak menemui daratan, ketika ada daratan yang terlihat kami segera merapatkan
kapal. Para awak kapal segera mempersiapkan makan siang. Mereka membakar daging dan
ikan. Tiba-tiba, permukaan tanah
bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para pelaut
berjatuhan ke laut. Begitu jatuh ke laut, aku sempat
melihat ke pulau itu, ternyata pulau tersebut, berada di
atas badan ikan paus. Karena ikan paus itu sudah lama tak
bergerak, tubuhnya ditumbuhi pohon dan rumput, mirip
seperti pulau. Mungkin karena panas dari api unggun, ia
mulai bergerak liar.
Mereka yang terjatuh ke laut di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku berusaha
menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong, hingga aku pun terapung-apung di
laut. Beberapa hari kemudian, aku berhasil sampai ke daratan. Aku haus, disana ada pohon
kelapa. Kemudian aku memanjatnya dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba
aku melihat ada sebutir telur yang sangat besar. Ketika turun, dan mendekati telur itu,
tiba-tiba dari arah langit, terdengar suara yang menakutkan disertai suara kepakan sayap
yang mengerikan. Ternyata, seekor burung naga yang amat besar.
Setelah sampai disarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya. Sinbad
menyelinap di kaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung naga dengan
kainnya. "Kalau ia bangun, pasti ia langsung terbang dan pergi ke tempat di mana manusia
tinggal." Benar, esoknya burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati
pegunungan dan akhirnya tampak sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat
yang dalam di ujung jurang. Sinbad segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan
bersembunyi di balik batu. Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad tertegun,
melihat di sekelilingnya banyak berlian.
Pada saat itu, "Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan daging yang besar. Di
gundukan daging itu menempel banyak berlian yang bersinar-sinar. Untuk mengambil
berlian, manusia sengaja menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya akan diambil oleh
burung naga dengan berlian yang sudah menempel di daging itu. Sinbad mempunyai ide. Ia
segera mengikatkan dirinya ke gundukan daging. Tak berapa lama
burung naga datang dan mengambil gundukan daging, lalu
terbang dari dasar jurang. Tiba-tiba, "Klang! Klang!
Terdengar suara gong dan suling yang bergema. Burung
naga yang terkejut menjatuhkan gundukan daging dan
cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang datang
untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad.
Sinbad menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Kemudian orang-orang pengambil
berlian mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya. Sinbad menjual
berlian yang didapatnya dan membeli sebuah kapal yang besar dengan awak kapal yang
banyak. Ia berangkat berlayar sambil melakukan perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad
dirampok oleh para perompak. Kemudian Sinbad dijadikan budak yang akhirnya dijual
kepada seorang pemburu gajah. "Apakah kau bisa memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang
pemburu memberi Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. "Ini
adalah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka datang lalu bunuh gajah itu".
"Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan.
Esok pagi, datang gerombolan gajah. Saat itu pemimpin
gajah melihat Sinbad dan langsung menyerang pohon
yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh tepat di depan gajah.
Gajah itu kemudian menggulung Sinbad dengan
belalainya yang panjang. Sinbad mengira ia pasti akan
dibunuh atau dibanting ke tanah. Ternyata, gajah itu
membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah
gunung batu. Akhirnya terlihat sebuah air terjun besar. Dengan
membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam air terjun menuju ke sebuah gua. "Ku..kuburan
gajah!" Sinbad terperanjat. Di gua yang luas bertumpuk tulang dan gading gajah.
Pemimpin gajah berkata,"kalau kau ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai gantinya,
berhentilah membunuh kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia
pulang dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke tuannya dengan syarat
tuannya tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji dan kemudian memberikan
Sinbad uang.
"Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang sudah menjadi saudagar kaya. "Aku bisa
menjadi orang kaya, karena kerja keras dengan uang itu. Jangan putus asa, sampai
kapanpun, apalagi jika kita masih muda," lanjut sang saudagar.

putri tidur

Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat adil dan
bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu yang
masih terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan. Setiap hari Raja dan
permaisuri selalu berdoa agar dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa Raja dan permaisuri
dikabulkan. Setelah 9 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang
cantik. Raja sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat
serta seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan
mantera baiknya.
"Jadilah engkau putri yang baik hati", kata penyihir
pertama. "Jadilah engkau putri yang cantik", kata penyihir
kedua. "Jadilah engkau putri yang jujur dan anggun", kata
penyihir ketiga. "Jadilah engkau putri yang pandai
berdansa", kata penyihir keempat. "Jadilah engkau putri
yang panda menyanyi," kata penyihir keenam. Sebelum
penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana
terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, "Mengapa aku tidak diundang ke
pesta ini?".
Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan mantranya sempat bersembunyi dibalik
tirai. "Karena aku tidak diundang, aku akan mengutuk anakmu. Penyihir tua yang jahat
segera mendekati tempat tidur sang putri sambil berkata,"Sang putri akan mati tertusuk
jarum pemintal benang, ha ha ha ha!..". Si penyihir jahat segera pergi setelah
mengeluarkan kutukannya.
Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu. Raja dan permaisuri
menangis sedih. Pada saat itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh, "Jangan khawatir,
aku bisa meringankan kutukan penyihir jahat. Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan
tertidur selama 100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia akan terbangun
kembali setelah seorang Pangeran datang padanya", ujar penyihir ketujuh. Setelah
kejadian itu, Raja segera memerintahkan agar semua alat pemintal benang yang ada di
negerinya segera dikumpulkan dan dibakar.
Enam belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik
dan baik hati. Tidak berapa lama Raja dan Permaisuri melakukan perjalanan ke luar negeri.
Sang Putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan keluar istana. Ia masuk ke
dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat sebuah kamar yang belum pernah ia lihat
sebelumnya. Ia membuka pintu kamar tersebut dan ternyata di dalam
kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang memintal
benang. Setelah berbicara dengan nenek tua, sang Putri
duduk di depan alat pemintal dan mulai memutar alat
pemintal itu. Ketika sedang asyik memutar alat pintal, tibatiba
jari sang Putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia
menjerit kesakitan dan tersungkur di lantati. "Hi hi hi...
tamatlah riwayatmu!", kata sang nenek yang ternyata adalah si
penyihir jahat.
Hilangnya sang Putri dan istana membuat khawatir orang tuanya. Semua orang
diperintahkan untuk mencari sang Putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia dalam
keadaan tak sadarkan diri. "Anakku ! malang sekali nasibmu" ratap Raja. Tiba-tiba
datanglah penyihir muda yang baik hati. Katanya, "Jangan khawatir, Tuan Putri hanya akan
tertidur selama seratus tahun. Tapi, ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan kalian
semua," lanjutnya sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana. Kemudian, penyihir itu
menutup istana dengan semak berduri agar tak ada yang bisa masuk ke istana.
Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran dari negeri seberang
kebetulan lewat di istana yang tertutup semak berduri itu. Menurut cerita orang desa di
sekitar situ, istana itu dihuni oleh seekor naga yang mengerikan. Tentu saja Pangeran
tidak percaya begitu saja pada kabar itu. "Akan ku hancurkan naga itu,"
kata sang Pangeran. Pangeran pun pergi ke istana. Sesampai di
gerbang istana, Pangeran mengeluarkan pedangnya untuk
memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk.
Namun, setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali
seperti semula. "Semak apa ini ?" kata Pangeran keheranan.
Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik hati.
"Pakailah pedang ini," katanya sambil memberikan sebuah yang
pangkalnya berkilauan.
Dengan pedangnya yang baru, Pangeran berhasil masuk ke istana. "Nah, itu dia menara
yang dijaga oleh naga." Pangeran segera menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat
kejadian itu melalui bola kristalnya. "Akhirnya kau datang, Pangeran. Kau pun akan
terkena kutukan sihirku!" Penyihir jahat itu bergegas naik ke menara. Ia menghadang
sang Pangeran. "Hai Pangeran!, jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan aku terlebih
dahulu!" teriak si Penhyihir. Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga
raksasa yang menakutkan. Ia menyemburkan api yang panas.
Pangeran menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis
sinar yang terpancar dari mulut naga itu dengan pedangnya.
Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar itu
memantul kembali dan mengenai mata sang naga raksasa.
Kemudian, dengan secepat kilat, Pangeran melemparkan
pedangnya ke arah leher sang naga. "Aaaa..!" Naga itu jatuh
terkapar di tanah, dan kembali
ke bentuk semula, lalu mati. Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang
selama ini menutupi istana ikut lenyap. Di halaman istana, bunga-bunga mulai bermekaran
dan burung-burung berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba penyihir
muda yang baik hati muncul di hadapan Pangeran.
"Pangeran, engkau telah berhasil menghapus kutukan atas istana ini. Sekarang pergilah ke
tempat sang Putri tidur," katanya. Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang Putri
tidur. Ia melihat seorang Putri yang cantik jelita dengan pipi semerah mawar
yang merekah. "Putri, bukalah matamu," katanya sambil
mengenggam tangan sang Putri. Pangeran mencium pipi sang
Putri. Pada saat itu juga, hilanglah kutukan sang Putri.
Setelah tertidur selama seratus tahun, sang Putri
terbangun dengan kebingungan. "Ah! apa yang terjadi?
Siapa kamu? Tanyanya. Lalu Pangeran menceritakan semua
kejadian yang telah terjadi pada sang Putri.
"Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan. Terima kasih Pangeran," kata
sang Putri. Di aula istana, semua orang menunggu kedatangan sang Putri. Ketika melihat
sang Putri dalam keadaan sehat, Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Mereka sangat
berterima kasih pada sang Pangeran yang gagah berani. Kemudian Pangerang
berkata, "Paduka Raja, hamba punya satu permohonan.
Hamba ingin menikah dengan sang Putri." Raja pun
menyetujuinya. Semua orang ikut bahagia mendengar hal
itu. Hari pernikahan sang Putri dan Pangeran pun tiba.
Orang berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok
negeri untuk mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang
baik juga datang dengan membawa hadiah.

saudagar jerami

Dahulu kala, ada seorang pemuda miskin yang bernama
Taro. Ia bekerja untuk ladang orang lain dan tinggal di
lumbung rumah majikannya. Suatu hari, Taro pergi ke kuil
untuk berdoa. "Wahai, Dewa Rahmat! Aku telah bekerja
dengan sungguh-sungguh, tapi kehidupanku tidak
berkercukupan". "Tolonglah aku agar hidup senang". Sejak
saat itu setiap selesai bekerja, Taro
Keesokan harinya ketika keluar dari pintu gerbang kuil,
Taro jatuh terjerembab. Ketika sadar ia sedang
menggenggam sebatang jerami. "Oh, jadi yang dimaksud
Dewa adalah jerami, ya? Apa jerami ini akan mendatangkan
kebahagiaan?", pikir Taro. Walaupun agak kecewa dengan
benda yang didapatkannya Taro lalu berjalan sambil
membawa jerami. Di tengah jalan ia menangkap dan
mengikatkan seekor lalat besar yang terbang dengan
ributnya mengelilingi Taro di jeraminya. Lalat tersebut
terbang berputar-putar pada jerami yang sudah
diikatkan pada sebatang ranting. "Wah menarik ya", ujar
Taro. Saat itu lewat kereta yang diikuti para pengawal.
Di dalam kereta itu, seorang anak sedang duduk sambil
memperhatikan lalat Taro. "Aku ingin mainan itu."
Seorang pengawal datang mengha
mpiri Taro dan meminta mainan itu. "Silakan ambil", ujar Taro. Ibu anak tersebut
memberikan tiga buah jeruk sebagai rasa terima kasihnya kepada Taro.
"Wah, sebatang jerami bisa menjadi tiga buah jeruk", ujar Taro dalam hati. Ketika
meneruskan perjalanannya, terlihat seorang wanita yang sedang beristirahat dan sangat
kehausan. "Maaf, adakah tempat di dekat sini mata air ?", tanya wanita tadi. "Ada di kuil,
tetapi jaraknya masih jauh dari sini, kalau anda haus, ini kuberikan jerukku", kata Taro
sambil memberikan jeruknya kepada wanita itu. "Terima kasih, berkat engkau, aku
menjadi sehat dan segar kembali". Terimalah kain tenun ini sebagai rasa terima kasih
kami, ujar suami wanita itu. Dengan perasaan gembira, Taro berjalan sambil membawa
kain itu. Tak lama kemudian, lewat seorang samurai dengan kudanya. Ketika dekat Taro,
kuda samurai itu terjatuh dan tidak mampu bergerak lagi. "Aduh, padahal kita sedang
terburu-buru." Para pengawal berembuk, apa yang harus dilakukan terhadap kuda itu.
Melihat keadaan itu, Taro menawarkan diri untuk mengurus kuda itu. Sebagai gantinya
Taro memberikan segulung kain tenun yang ia dapatkan kepada para pengawal samurai itu.
Taro mengambil air dari sungai dan segera meminumkannya kepada kuda itu. Kemudian
dengan sangat gembira, Taro membawa kuda yang sudah sehat itu sambil membawa 2
gulung kain yang tersisa.
Ketika hari menjelang malam, Taro pergi ke rumah seorang petani untuk meminta
makanan ternak untuk kuda, dan sebagai gantinya ia
memberikan segulung kain yang dimilikinya. Petani itu
memandangi kain tenun yang indah itu, dan merasa amat
senang. Sebagai ucapan terima kasih petani itu menjamu
Taro makan malam dan mempersilakannya menginap di
rumahnya. Esok harinya, Taro mohon diri kepada petani itu
dan melanjutkan perjalanan dengan menunggang kudanya.
Tiba-tiba di depan sebuah rumah besar, orang-orang tampak sangat sibuk memindahkan
barang-barang. "Kalau ada kuda tentu sangat bermanfaat," pikir Taro. Kemudian taro
masuk ke halaman rumah dan bertanya apakah mereka membutuhkan kuda. Sang pemilik
rumah berkata, "Wah kuda yang bagus. Aku menginginkannya, tetapi aku saat ini tidak
mempunyai uang. Bagaimanan kalau ku ganti dengan sawahku ?". "Baik, uang kalau dipakai
segera habis, tetapi sawah bila digarap akan menghasilkan beras, Silakan kalau mau
ditukar", kata Taro.
"Bijaksana sekali kau anak muda. Bagaimana jika selama aku pergi ke negeri yang jauh, kau
tinggal disini untuk menjaganya ?", Tanya si pemilik rumah. "Baik, Terima kasih Tuan".
Sejak saat itu taro menjaga rumah itu sambil bekerja membersihkan rerumputan dan
menggarap sawah yang didapatkannya. Ketika musim gugur tiba, Taro memanen padinya
yang sangat banyak.
Semakin lama Taro semakin kaya. Karena kekayaannya berawal dari sebatang jerami, ia
diberi julukan "Saudagar Jerami". Para tetangganya yang kaya datang kepada
Taro dan meminta agar putri mereka dijadikan istri oleh
Taro. Tetapi akhirnya, Taro menikah dengan seorang
gadis dari desa tempat ia dilahirkan. Istrinya bekerja
dengan rajin membantu Taro. Merekapun dikaruniai
seorang anak yang lucu. Waktu terus berjalan, tetapi Si
pemilik rumah tidak pernah kembali lagi. Dengan
demikian, Taro hidup bahagia bersama keluarganya.