Minggu, 22 Maret 2009

Menghargai Space

Presentasi dari calon konsultan perencana bangunan itu telah mengajarkan kepada Shinichi Kudo tentang menghargai space. Pentingnya menghargai ruang yang disediakan untuk kita. Sebuah bangunan megah yang dibangun dengan biaya mahal dan berada di lokasi strategis di dalam kota akan berkurang manfaatnya bila hanya dipergunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen lama.


Mengenal Ubuntu

Konsultan itu menyatakan mereka tidak akan mendesain sebuah ruang penyimpanan arsip yang luas di dalam gedung yang akan dibangun. Ruang dokumen hanya dirancang untuk menyimpan dokumen yang masih aktif dipergunakan. Sedangkan dokumen-dokumen lama disarankan disimpan di tempat lain.

Dokumen yang telah berumur 10 tahun, 7 tahun, 5 tahun atau bisa jadi yang baru berumur 3 tahun –- bila sudah tidak pernah diakses -- seharusnya memiliki tempat tersendiri, bukan di bangunan utama tempat bekerja sehari-hari. Sebuah bangunan khusus gudang arsip dapat dibangun untuk kebutuhan itu.

Tentu saja biayanya akan jauh lebih murah karena hanya dibutuhkan bangunan sederhana yang aman buat dokumen, tidak perlu interior yang indah dan tidak butuh tempat yang strategis. Bahkan bisa dibangun di luar kota yang harga tanahnya jauh lebih murah.

Dokumen yang disimpan di kantor adalah dokumen-dokumen aktif yang masih sering dipergunakan. Arsip-arsip yang masih sering diakses oleh pemiliknya untuk berbagai keperluan. Sedangkan dokumen lama yang sekedar untuk kebutuhan penelusuran karena ada kasus tertentu atau untuk keperluan audit tertentu, dapat disimpan di tempat lain. Bisa disimpan di luar kota.


Ruang di kantor juga sayang banget bila dipergunakan untuk menyimpan monitor gede jaman dulu. Lebih baik memakai monitor LCD yang hemat tempat dan harganya sudah dibawah dua juta rupiah per unit. Atau bahkan mempergunakan laptop bila kebutuhan sehari-hari untuk bekerja adalah sekedar untuk mengetik dokumen dan korespondensi via email.

Gunakan laptop bila jenis pekerjaan tidak membutuhkan desktop yang powerful. Toh harga laptop sudah turun jauh daripada lima tahun silam. Dewasa ini laptop bagus yang berharga 5 -10 juta rupiah telah banyak beredar di pasaran (Undil-2009).


Senin, 16 Maret 2009

Ketika Sebuah Perilaku Berulang

Satu sesi makan di kantin, Shinichi Kudo duduk dengan seorang Kudaku yang lalu ngobrol ke sana kemari sampai akhirnya si Hitoichi Kudaku berkata:

“Wah, layanannya lambat. Tempatnya kurang bersih. Harusnya mereka belajar lebih profesional untuk melayani pelanggan”

Shinichi tersenyum dan mengiyakan dalam hati. Dia juga merasakan hal yang sama dengan Kudaku.

Kali lain Shinichi bertemu dengan Kudaku di tempat yang sama. Kali ini mereka kembali ngobrol kesana kemari sebelum si Kudaku tiba-tiba nyeletuk:

“Wah, sayurnya agak kurang bumbu nih. Harusnya mereka mencicipi sebelum menghidangkan pada kita. Masak siy, dah dibayar mahal-mahal rasa sayurnya kaya gini. Seragam pelayan harusnya putih bukan hitam, biar kondisi pakaian mereka selalu bersih”

Shinichi tersenyum mendengar kata-kata Kudaku. Tetapi kali ini dia tidak berminat menganalisa tentang juru masak yang membuat sayur kurang asin atau kurang bumbu atau pakaian seragam yang mereka kenakan. Shinichi jauh dari keinginan menilai kualitas kantin. Dia lebih tertarik untuk melihat lebih cermat ke dalam karakter Kudaku.

Kali ketiga Shinichi bertemu Kudaku di kantin, Kudaku mengkritisi tentang piring ceper yang dipergunakan oleh kantin. Menurutnya kantin seharusnya mempergunakan piring yang lebih cembung sehingga kuah sayur dapat tertampung di dalam piring.

Menurut Kudaku, kantin juga seharusnya menyediakan orang untuk mengangkat piring-piring kotor, bukannya pengunjung yang harus membawanya sendiri ke rak-rak piring kotor. Kudaku juga mengaku sebel banget mendengar bunyi-bunyian gaduh dari mesin produksi yang berada di belakang kantin. Menurut dia seharusnya mesin-mesin itu dimatikan selama jam makan.

Kini sungguh sulit bagi Shinichi untuk tidak menganggap Kudaku tukang protes. Sungguh sulit untuk tidak menganggap Kudaku suka mencela segala sesuatu. Secara dirinya merasakan hal yang sama dan tidak protes. Mengapa si Kudaku protes?

^_^

Dalam banyak kasus, orang lain menilai Shinichi dari berulangnya sebuah perilaku. Jika orang sering mendengar Shinichi protes lisan ataupun tulisan, maka dia dengan terbatasnya informasi yang dimiliki bisa jadi akan menarik kesimpulan bahwa Shinichi adalah tukang protes.


Bila Shinichi beberapa kali terlambat dalam janji ketemu dengan orang yang sama, Shinichi harus bersiap-siap di golongkan sebagai manusia jam karet. Juga bila Shinichi berkali-kali tidak dapat mengerjakan sebuah tugas bersama dan membiarkan partnernya mengerjakan tugas itu sendirian, Shinichi harus bersiap dianggap kurang profesional.

Karenanya Shinichi sadar bahwa perilaku Shinichi yang berulang pada seseorang adalah bahan untuk menilai diri Shinichi. Dua kali terjadi -- bisa berarti mereka mulai menarik kesimpulan tentang dirinya. Dan Shinichi merasa perlu berhati-hati dengan hal tersebut, terkecuali Shinichi tidak keberatan mendapat sebuah predikat tertentu, misalnya predikat “baik hati dan tidak sombong” akibat berulang kali sehabis pulang kampung memberi oleh-oleh pada teman-temannya hehehe! (undil – 22 feb 09).


Jumat, 06 Maret 2009

Metamorfosis Lomba Minum Susu

Sebenarnya lomba minum susu dalam rangka acara ultah himpunan karyawan ini berpredikat sebagai pengganti lomba minum es krim. Penyebabnya adalah lomba minum susu dipandang lebih gampang dikerjakan dibanding lomba makan es krim, karena panitia gak perlu membawa-bawa lemari pendingin ke arena acara.

Awalnya Shinichi Kudo membayangkan wujud susu berupa susu kotak 1 liter untuk setiap peserta. Yang diperlombakan adalah kecepatan menghabiskan satu liter susu di atas panggung. Siapa yang cepat, dialah yang bakal dinobatkan menjadi pemenang. Pemenang berhak mendapatkan bingkisan menarik dari panitia. tapi nyatanya ide itu terus berubah, berkembang mengalami metamorfosa di dalam kepala Shinichi.

Fase Satu
Perkembangan fase satu disebabkan oleh keinginan untuk membuat lomba minum susu menjadi lebih heboh. Terilhami oleh lomba sejenis yang “mengerjain” peserta, Shinichi ingin menambahkan lucu-lucuan berupa garam dan merica ke dalam susu hehehe!

Dapat dibayangkan bagaimana mimik muka peserta kala tahu bahwa susu yang diminumnya rasanya tidak karu-karuan. Lomba minum susu yang semula dikira enteng saja, cuman menghabiskan 1 liter susu akan menjadi sebuah lomba penuh perjoeangan menghabiskan satu liter minuman berasa aneh bin ajaib hehehe! Tentu saja mimik muka peserta yang kaget adalah pertunjukan menarik bagi para penonton acara hihihi!

Fase Dua
Fase ini diawali dengan keraguan terhadap fase satu yang mengerjain peserta dengan rasa susu yang aneh. Akibat yang paling ditakutkan oleh Shinichi adalah peserta menjadi diare dan terpaksa mendapat perawatan oleh tim P3K. Gak lucu dong klo acara hiburan malahan menjadi “bencana” buat orang yang berniat memeriahkan acara.

Berangkat dari keraguan itu Shinichi mendapat ide baru untuk menghebohkan acara. Dia membatalkan niatnya menambahkan garam dan merica ke dalam susu. Sebagai gantinya dia memasukkan barang lain yang lebih “manusiawi”. Shinichi bermaksud menambahkan sereal ke dalam susu.

Susu disajikan di dalam gelas. Dibuat dengan susu instant yang banyak beredar di pasaran. Sereal seperti Quaker Oatsmeal ditambahkan ke dalam susu. Dengan demikian susu akan penuh dengan sereal di bagian bawah. Nah, lucunya disini: Peserta harus minum dengan mempergunakan alat bantu. Setiap peserta dibekali dengan sebuah sedotan dan sebuah sendok.


Mereka tidak boleh minum langsung dari mulut gelas, tetapi harus mempergunakan sedotan atau sendok. Nah, peserta akan segera menyadari bahwa sedotannya segera mampet karena keberadaan sereal. Terpaksalah mereka akan mempergunakan sendok. Balapan minum susu dengan sendok pastilah pertunjukan yang sangat menarik hehehe!

Fase Tiga
Inilah fase perkembangan berikutnya dari ribuan ide yang saling bertabrakan di benak Shinichi. Dia punya ide untuk menambahkan lagi aturan lomba bahwa peserta diharuskan mengikuti lomba secara berpasangan.

Direncanakan akan ada lima kontingen lomba minum susu dan setiap kontingen terdiri atas dua orang. Peserta pertama bertugas minum susu dan peserta kedua bertugas membawa alat bantu. Peserta pertama tidak boleh memegang gelas, sendok maupun sedotan. Jadi dia minum susu sepenuhnya dengan bantuan peserta kedua.

Kebayang gak siy, bagaimana lucunya perlombaan minum susu dengan disuapin teman seperti itu hehehe! Satu orang menyuapi dan satu lagi yang disuapi. Hahaha, para peserta akan berlomba menghabiskan susu dengan cara yang “prosedural”, yaitu harus mempergunakan tangan temannya. Sendok dan sedotan harus dipegang oleh pasangannya!

Pertunjukan akan lebih menarik lagi bila peserta kedua yang harus menyuapi peserta pertama -- matanya ditutup, sehingga peserta pertama harus aktif mengarahkan peserta kedua. Dalam kondisi normal-pun untuk memasukkan sendok susu ke dalam mulut pasangan itu harus pelan-pelan, namun ini dalam kondisi mata tertutup harus dilakukan dengan cepat karena sedang berlomba! Hehehe...pastilah lomba minum susu akan seru banget!

Waktu lomba direncanakan 5 menit, siapa yang minum paling banyak dialah yang menang. Setiap peserta yang melakukan kecurangan, misalnya minum langsung dari gelas atau memegang sedotan akan dihukum dengan menambahkan susu ke dalam gelas hehehe! Yah sebuah lomba yang diharapkan seru sekali! (undil maret 2009)