Jumat, 22 Desember 2006

Cerita Kepahlawanan Prajurit: A Man of Honour - Ksatria Biru

Aku hanyalah sekrup kecil
pada roda sejarah peradaban manusia
Cita-citaku sederhana saja,
sekali berarti, sudah itu mati.

^_^

Situasi telah menggenting. Sekitar delapan belas ribu laskar musuh dengan bantuan senjata catapult – senjata mirip ketapel raksasa yang melontarkan batu-batu besar -- berhasil menjebol benteng pertama. Kini mereka berada persis di luar tembok istana dan mulai merangsek masuk ke pintu gerbang utama. Lima ratus prajurit pengawal raja tak akan bisa berbuat banyak membendung mereka. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah bertahan, sambil terus menyusun rencana menyelamatkan raja.

catapult melontarkan batu

Berita buruknya adalah kepala pasukan pengawal raja telah gugur. Berita baiknya adalah sejauh ini para pengawal masih berhasil membendung penyerbu di depan pintu gerbang dengan menuangkan berdrum-drum ramuan minyak pekat & belerang yang menghasilkan nyala api yang mengambang di parit air di depan gerbang istana. Sebuah barikade api yang efektif menghalangi gerak maju musuh.

Entah sampai kapan barikade api itu mampu menahan musuh. Namun yang pasti tak akan lebih dari satu jam. Dalam satu jam, empat ratus orang yang bertugas menjaga pintu gerbang dan menjaga nyala api akan habis dibabat oleh peluru-peluru crossbow dan batu-batu catapult yang menghujani mereka. Seratus orang pengawal sisanya berada di sekeliling kamar raja yang sedang terbaring sakit di ranjangnya -- adalah harapan terakhir untuk menyelamatkan raja.

Barikade api untuk sementara berhasil menghambat pendobrakan pintu gerbang menggunakan gelondongan kayu yang dibawa alat perang yang mirip rumah berjalan. Konstruksinya berupa kayu gelondongan yang diletakkan di dalam “rumah bertingkat” yang dilengkapi roda untuk bergerak dan atap untuk melindungi prajurit dari hujan anak-panah. Dengan adanya atap -- para prajurit musuh yang sedang mendobrak pintu -- terlindung dari hujan anak panah yang dilontarkan para pengawal raja. Dari lantai atas rumah pendobrak, para prajurit musuh dapat memanjat tembok istana.

battering ram pendobrak pintu gerbang

Namun barikade api telah memaksa belasan rumah pendobrak itu berhenti beberapa puluh meter didepan gerbang — setelah melihat puing-puing rumah pendobrak terdahulu yang habis dimakan api bersama seluruh prajurit yang mengendarainya — saat nekad menembus lautan api.

Kerusakan paling parah justru disebabkan oleh batu-batu raksasa yang dilontarkan catapult. Tembok Istana berlubang-lubang besar dan sebagian menara pengintai roboh akibat dihantam batu besar bertubi-tubi.

^_^
Setiaku bukan untuk negeriku
Setiaku bukan untuk bangsaku
Setiaku bukan untuk rajaku
Setiaku hanyalah pada prinsip hidupku


Ksatria biru termenung memikirkan cara meloloskan raja dari kepungan. Sementara Wakil Panglima pengawal raja — yang setelah tewasnya sang panglima menjadi kepala pasukan -- nampak sangat gelisah. Bahkan dia hendak memutuskan semua pengawal akan bertempur habis-habisan sampai mati di sekeliling raja. Sebuah usulan heroik -- yang sayangnya bukan saja membunuh seluruh pengawal tetapi juga tidak akan menyelamatkan raja.

Sejenak bimbang memenuhi benak Ksatria Biru. Selama ini Sang Raja telah meminggirkan dirinya sebagai kadet terbaik lulusan akademi militer. Sebagai perwira pengawal paling trampil, paling berpengalaman dan paling senior -- menurut tradisi kerajaan -- seharusnya dirinyalah yang diangkat menjadi panglima pasukan pengawal raja. Namun sang raja memilih prajurit senior dari kesatuan lain. Bukan itu saja. Raja juga menyerahkan jabatan wakil panglima kepada seorang prajurit baru yang belum memiliki kemampuan tempur yang memadai. Kini prajurit baru itu hendak mengambil keputusan tanpa disertai pertimbangan yang matang.

Namun kebimbangan itu segera sirna. Ksatria biru adalah ksatria yang punya harga diri. Dia telah berlatih keras untuk menguasai emosi. Dia sepenuhnya bertindak atas dasar prinsip-prinsip hidup. Baginya kehormatan adalah segalanya. Kehormatan adalah nyawanya. Dia hanya hidup dalam bingkai kehormatan. Dia akan menjunjung tinggi kehormatan dan meletakkan keinginan-keinginannya dibawahnya. Dia bahkan meletakkan harga nyawanya di bawah harga kehormatan.

Kini kehormatannya adalah sebagai pengawal raja. Dia harus mempertaruhkan semua yang dimilikinya untuk menyelamatkan raja. Dia harus rela mengorbankan dirinya. Bukan demi raja. Tapi demi kehormatannya sebagai pengawal raja. Demi takdir yang digariskan Tuhan kepadanya. Demi mempertahankan mukanya di hadapan Tuhan yang memberinya amanah sebagai seorang pengawal raja. Demi amanah itu dia rela menyingkirkan semua sakit hatinya. Bahkan bila nyawa taruhannya.

crossbow
Raja adalah pemimpin yang bijak. Hanya dia yang sanggup menyatukan semua pangeran penguasa propinsi untuk menahan serbuan musuh. Hanya dia yang suaranya diikuti para pangeran yang saling bermusuhan itu. Hanya dia yang sanggup mencegah perang saudara yang akan dimanfaatkan musuh untuk menguasai negerinya. Tanpa kehadirannya seluruh negeri akan segera jatuh ke jurang penjajahan. Walaupun raja juga punya kelemahan, yaitu lemah dalam kaderisasi. Raja lebih suka mengangkat orang-orang dekatnya di posisi kunci dan mengabaikan para senior yang telah mengabdi puluhan tahun kepadanya. Namun harus diakui bahwa tidak ada seorang pun di Istana yang mampu menggantikan raja. Menyelamatkan raja adalah menyelamatkan seluruh negeri.

^_^
Tidak masalah siapa yang akan dapat piala
Yang penting masalahnya terselesaikan.

Setelah berhasil meyakinkan wakil panglima untuk mempercayakan misi penyelamatan raja kepadanya -- Ksatria Biru segera menyusun rencana untuk keluar dari Istana. Memang semua jalan keluar telah dikepung. Juga jalan keluar lewat lorong bawah tanah yang berujung di seberang sungai yang melintas di utara tembok istana. Ada sekitar tujuhratus pasukan musuh yang berjaga di seberang sungai. Sehingga lari lewat sana sama saja dengan bertempur habis-habisan dengan lawan yang jauh lebih besar.

Namun tak ada jalan lain. Hanya jalan itu yang paling mungkin ditembus. Diajaknya berunding para perwira. Kemudian mereka menyusun rencana meloloskan diri melewati lorong bawah tanah. Dibaginya 100 pengawal menjadi tiga kelompok. Rombongan pertama berjumlah tujuhpuluh orang yang akan pertamakali menyeberangi lorong dan bertugas menyerbu pasukan lawan di seberang sungai hingga membuka jalan lolos bagi raja.

Rombongan kedua berjumlah duapuluh orang adalah rombongan yang berpura-pura membawa raja untuk diselamatkan. Diharapkan pasukan musuh akan terpancing untuk mengejar rombongan ini. Seorang prajurit akan berpura-pura sebagai raja yang naik kuda dalam gendongan seorang pengawal.

Rombongan ketiga adalah rombongan yang membawa raja. Terdiri dari sepuluh orang pengawal raja. Mereka adalah tameng hidup yang akan menghadang semua anak panah, peluru crossbow dan tombak yang dilontarkan musuh. Seorang pengawal akan menggendong raja yang sedang sakit di atas seekor kuda yang paling kuat. Ksatria Biru akan berada di depan sambil memutar-mutar tombak untuk membuka jalan. Pengawal yang lain berada di samping dan dibelakang kuda yang ditunggangi sang raja.

^_^
Hal-hal yang terbaik dan terindah
tidak dapat dilihat dan disentuh
Mereka hanya dapat dirasakan dengan hati

Helen Keller

Sebelum menjalankan misinya, keseratus pasukan pengawal raja saling berpelukan, bertangis-tangisan dan berdoa. Besar kemungkinan hari ini adalah hari terakhir bagi sebagian besar mereka dapat bertemu kembali. Jumlah lawan yang sangat besar membuat peluang mereka untuk selamat hanyalah setipis helaian rambut saja. Namun mereka adalah para ksatria pilihan. Boleh menangis tapi pantang mengasihani diri sendiri. Boleh memiliki perasaan takut dan marah, namun harus bertindak dengan kepala dingin tanpa emosi. Hanya butuh beberapa saat bagi mereka untuk pulih dari emosi yang meluap-luap saat saling mengucap kata perpisahan. Kini mereka telah siap untuk bertempur sampai mati.

Persis seperti yang direncanakan. Pasukan pertama yang tiba-tiba muncul dari mulut terowongan bawah tanah mengejutkan lawan. Segera terjadi pertempuran sengit. Para pengawal yang terlatih baik tersebut dengan cepat berhasil membuka jalan diantara formasi pasukan musuh. Setelah terlihat ada jalan untuk meloloskan diri, rombongan kedua muncul sambil membawa seorang pengawal yang pura-pura menjadi raja.

Segera setelah rombongan itu melintas -- ratusan prajurit musuh terpancing untuk mengejar mereka. Sementara rombongan pertama yang tinggal tersisa belasan orang masih bertempur habis-habisan melawan seratusan pasukan musuh yang ditugaskan untuk bertahan di sekitar mulut terowongan.

Pada saat itulah rombongan ketiga yang membawa raja asli keluar dari terowongan. Segera saja rombongan itu dihujani dengan peluru crossbow, anak panah dan tombak. Namun mereka dengan tangkas menangkis hujan senjata itu. Sembilan pengawal raja sengaja merapatkan kuda-kudanya ke kuda sang raja, agar tubuh mereka dapat menjadi tameng hidup bagi panah-panah yang ditujukan pada raja. Beberapa anak panah yang tidak berhasil ditangkis, menancap di tubuh para pengawal. Walau begitu mereka berhasil membawa raja lepas dari kepungan musuh.





Sejenak pasukan musuh terhalang oleh sisa-sisa pengawal rombongan pertama yang berusaha keras menahan pasukan musuh dari mengejar raja. Namun jumlah mereka dengan cepat menyusut akibat kekuatan personil yang tidak seimbang. Beberapa saat kemudian semua pengawal yang gagah berani itu telah gugur. Pasukan musuh-pun mulai bergerak untuk mengejar raja.


Kini posisi musuh adalah mengejar di belakang rombongan raja. Berhubung kuda yang ditunggangi raja tidak bisa berlari kencang karena bermuatan dua orang – pelan-pelan mereka tersusul. Jarak raja dengan dengan para pengejar semakin dekat. Sebentar lagi mereka bisa melontarkan anak panah ke arah raja. Pada saat itulah Ksatria Biru mengambil keputusan penting. Ksatria Biru beserta delapan orang pengawal raja mendadak berhenti. Kuda-kuda mereka berbalik menghadap kuda-kuda para pengejar. Sementara kuda sang raja dibiarkan berlari menjauhi mereka.


Tahulah para pengejar bahwa para pengawal raja itu akan mengorbankan nyawanya demi keselamatan raja. Maka jalan satu-satunya adalah berusaha membunuh mereka secepat mungkin agar segera dapat melanjutkan pengejaran. Namun pertempuran yang terjadi kemudian berkata lain. Sembilan orang itu bertempur dengan taktis dan tangkas dengan tombak-tombak mereka yang panjang sehingga berhasil menahan laju seratusan prajurit musuh dalam waktu cukup lama. Sang raja pun berhasil meloloskan diri.


^_^


Aku hanyalah sekrup mungil
di roda sejarah peradaban manusia
Cita-citaku sederhana saja
Sekali berarti, sudah itu mati.
Ksatria Biru feat Chairil Anwar

Lebih dari dua puluh anak panah dan peluru crossbow telah tertancap di dada Ksatria Biru. Tak terhitung lagi peluru crossbow yang tertancap di kakinya. Kudanya juga telah roboh ke tanah dan mati. Delapan orang temannya juga telah terbunuh. Hanya dirinya yang masih bertahan. Pedangnya telah patah. Tombak yang dipegangnya basah bersimbah darah musuh. Perisainya telah terbelah akibat dihantam batu besar dari catapult. Topi bajanya pecah saat dihantam pedang lawan. Tenaganya telah habis. Gerakannya lamban.


Satu persatu satu senjata musuh yang mengepungnya mulai menyentuh tubuhnya yang melemah. Sebelum akhirnya sebuah tombak yang dilontarkan musuh tak sanggup ditangkis dan menancap tepat dijantungnya. Mengakhiri perlawanannya. Tubuh Ksatria Biru roboh ke tanah. Dia mati seperti keinginannya – mati sebagai seorang ksatria yang teguh menjaga kehormatannya. (nl-bandung desember 2006)

















Puisi Kesedihan: Haruskah kesedihan itu datang lagi

Haruskah kesedihan itu datang lagi
datang lagi!
datang lagi!
datang lagi!

Haruskah kesedihan itu menyapaku lagi
Setelah kusadari pesonamu
yang dahulu masih membuatku bimbang

Haruskah aku menempuh jalan yang sama
jalan yang sama!
jalan yang sama!
jalan yang sama
Kembali tertinggal di landasan
saat kau terbang dengan diri-nya

Haruskah aku menyiangi lagi
menyiangi lagi!
manyiangi lagi!
menyiangi lagi!

lahan baru
meyakinkan diriku lagi
agar jangan lagi bimbang
memilih ladang

Haruskah aku menangisi lagi
menangisi lagi!
menangisi lagi!
menangisi lagi!
kebimbanganku
keraguanku
ketakutanku

Haruskah aku menatap dengan sedih
arak-arakan bangau di angkasa
Sementara sayapku masih saja basah
tak kunjung kering.

Haruskah aku berterus terang padamu :
Tolong ajari aku cara memeluk matahari
memeluk matahari!
memeluk matahari!
memeluk matahari!
Biar kering sayap-sayapku
Biar aku bisa terbang berarak-arakan
seperti dirimu, dia dan mereka.

bandung 22 desember 2006

Jumat, 15 Desember 2006

Lek Surat Menek Wit Kambil



“Lek Surat menek wit kambil” ngendikane Bapak naliko weruh aku melu turu ning dipanku nyusul adhiku. Adhiku wis ndisiki mapan ning tempat tidure karo ngrungokke dongenge Bapak. Mesti wae adhiku ngguyu kemekelen -- amarga cerita “Lek Surat menek wit kambil” dudu dongeng saktenane.

Lek Surat kuwi jenenge wong sing kerep dikongkon Mbah Putri ngresikki kebone sing jembar karo ngopek kambil sing wis tuwo. Kanthi ngendhiko ngono -- ethok-ethokke dongenge Bapak isine kur nyeritakke Lek Surat lagi ngopek kambil. Dudu dongeng sing serem. Dudu dongeng sing lucu. Dudu dongeng Bandung Bondowoso sing ampuh mung sewengi iso nggawe candi cacahe sewu, utawa dongenge Abunawas lagi pinter-pinteran karo Harun Al Rasyid. Bar mbebeda aku, biasane Bapak terus nuthukke dongeng sing saktenane

^_^

Ngrungokke dongenge Bapak kalebu kesenenganku. Wis dadi adat saben ning keluargaku wiwit jaman mbiyen. Mungkin Bapak mbiyene sok di dongengke karo Simbah. Terus Simbah di dongengke karo Mbah Buyut. Terus Mbah Buyut di dongengke karo Mbah Cangggah. Adat saben sing manfaat dinggo nyeneng-nyenengke bocah-bocah kaya aku lan adhiku aku pendak arep mapan turu.

^_^

Lek Surat Menek Wit Kambil

Adalah kata-kata Ayah ketika saya bergabung dengan adik yang terlebih dahulu berbaring di tempat tidurnya --- sambil mendengarkan Ayah bercerita. Tentu saja adik tertawa cekikikan mendengar kata-kata dalam bahasa jawa itu, yang artinya “Paman Surat naik pohon kelapa”.

Paman Surat adalah nama panggilan seseorang yang biasa dipanggil Nenek untuk membersihkan kebunnya yang luas dan memetik kelapa yang telah masak. Kadang-kadang beliau dipanggil untuk mengganti genting rumah yang bocor. Dengan mengatakan itu seolah-olah cerita Ayah hanyalah tentang Paman Surat yang sedang memetik kelapa. Bukan cerita tentang hal-hal lain yang menarik. Bukan cerita tentang Bandung Bondowoso yang sanggup membangun seribu candi dalam semalam atau cerita tentang Abunawas yang beradu kecerdasan dengan Khalifah Harun Al Rasyid. Biasanya beberapa saat kemudian Ayah akan melanjutkan cerita yang sebenarnya.

^_^


Mendengar cerita dari Ayah adalah salah satu kesenangan saya menjelang tidur. Sebuah kebiasaan bertutur yang telah ada sejak lama. Mungkin Ayah dulunya juga sering di dongengin oleh kakek, dan kakek oleh kakek buyut, begitu seterusnya. Sebuah tradisi untuk menghibur anak-anak seperti saya dan adik saya menjelang tidur.

Membela Pembunuh Sadis dengan Point of View

Berita Pertama
Anak bungsu yang masih balita itu dengan lugunya tertawa-tawa kala diturunkan dari gendongannya. Satu persatu anaknya yang masih kecil-kecil dipeluk. Kemudian istrinya yang lalu pingsan dipelukannya. Demikian juga adik-adiknya tak kuasa menahan air mata kala melepas lelaki tinggi besar itu ke panggung hukuman mati. Ibunya yang semua rambutnya telah memutih tampak menatapnya sayu dengan kepala bersandar di bahu suaminya. Air matanya telah habis untuk menangisi nasib tragis anaknya.

Setelah semua usaha keluarga untuk mendapat pengampunan dari pengadilan ditolak – lelaki itu harus dipancung. Ratusan perempuan yang datang berbondong-bondong dari kampungnya tampak menangis sambil melambai-lambaikan kain hitam tanda berduka cita.

“Jangan berhenti berjuang membela teman-teman saya di penjara. Jadikan saya sebagai korban terakhir pembalasan dendam mereka” teriaknya lantang. Sesaat kemudian orang itu digiring algojo ke papan penjepit leher untuk dipancung. Jerit tangisan ratusan orang mengiringi kepergiannya. Jerit tangis yang tak sanggup mengubah keputusan hukuman mati -- yang entah untuk apa buru-buru dilakukan pada orang gagah itu.


^_^


Berita Kedua
Tanpa basa-basi si lelaki tinggi besar menebaskan parangnya sekuat tenaga ke ubun-ubun anak kepala kampung yang belum lagi berumur 6 tahun. Lelaki itu yang tertawa terbahak-bahak melihat korbannya terkapar di lantai. Ditangkapnya lagi kakaknya yang setahun lebih tua. Ditebasnya anak itu dengan parangnya hingga tewas di tempat. Kemudian dikeluarkan granat yang tergantung di pinggangnya dan dilemparkan ke dalam kamar yang berisi istri kepala kampung yang yang meringkuk di sudut kamar -- memeluk bayinya -- sambil menangis ketakutan. Bummm! granat meledak membuat tubuh keduanya porak poranda dihantam serpihan-serpihan granat.

Tak puas dengan itu diperintahkan untuk menyeret kepala kampung dan tiga orang pembantunya ke halaman rumah. Kemudian kaki mereka digantung di atas pohon. Disuruhnya anak buahnya menjadikan mereka sasaran anak panah. Satu jam kemudian empat orang itu telah mati dengan puluhan anak panah menancap di sekujur tubuh. Tak lama kemudian dibakarnya rumah yang masih berisi tiga orang adik perempuan kepala kampung -- yang berteriak-teriak histeris kala api membakar habis rumah itu bersama tubuh mereka.

Kemarin pagi hidup lelaki bertubuh besar itu berakhir di tangan Algojo yang melaksanakan hukuman pancung di alun-alun. Sebulan sebelumnya pengadilan tinggi kerajaan menolak mengampuni perbuatan kejinya.

^_^

Berita pertama dan kedua bercerita tentang lelaki yang sama. Seorang pembunuh sadis yang telah membantai habis satu keluarga. Teknik penulisan berita dapat membuat pembaca justru kasihan pada si pembunuh. Pembaca seolah-olah tergerakkan untuk bersimpati pada pembunuh dan memusuhi cara kerja pengadilan. Caranya dengan bermain-main dengan point of view. Bermain dengan sudut pandang pemberitaan seperti yang dilakukan pada berita pertama.

Berita pertama mengambil sudut pandang semata-mata dari sisi keluarga si pembunuh. Digambarkannya bagaimana keluarga si pembunuh sangat bersedih. Juga tetangga-tetangganya yang nampak sangat kehilangan. Bahkan berita itu tidak menyertakan informasi tentang penyebab si pembunuh dihukum mati. Tidak disertakan informasi yang cukup sebab musabab mereka harus dihukum mati. Akibatnya kesan yang timbul adalah hukuman itu berlebihan dan dilatarbelakangi balas dendam terhadap sekelompok orang.

^_^

Begitulah kekuatan point of view. Dengan memilih point of view yang cerdik, seorang pembunuh sadis pun dapat disulap menjadi seorang korban yang patut dikasihani.



Sabtu, 09 Desember 2006

Llamas & Peru at Menteng Elementary School

A picture of a student from SDN 02 elementary school in Menteng, kisses goodbay Pillar Cayetano, Peruvian Spanish language teacher who will soon return home after a two-year stint at the school — published by The Jakarta Post, Dec. 09. The Peru embassy run cultural programs at the school since 1998. The program provides students a computer, television sets -- and Spanish language teacher until Friday.

One of the cultural programs is drawing competition. At the drawing competition, grade one to two were asked to draw Peru’s national flag; grade three a map; and free to draw anything -- as long as the theme was about the relations between Indonesia and Peru -- for grade four to six.

According to the paper -- depicting an Indonesian man with a goat meeting a Perruvian with a llama, Dian Pratiwi, a fourth grader student won a first prize drawing competition. A second prize won by Laila, a fourth grader student who drawing a llama standing in between a man in a poncho and Indonesian woman in traditional kebaya costume. Laila said that Peru is beautiful and llama is cute.



Llama is a long-eared South American camel family that stands 0.9 – 1.3 m high at the shoulder. In the Peruvian and Bolivian Andes Mountains – male llamas have been used as beast of burden but they are not ridden. A llama with 113 kg weight can carry a load of 45-60 kg for average 25 to 30 km travel a day, but llamas will lie down, refuse to move and often spitting at their driver when weary or overloaded (I remember the angry llama spitting at Captain Haddock’s face on Herge’s the Adventures of Tintin film, episode Prisoners of The Sun). Only female llamas raised for their flesh and also their milk. The males meat is tough and rarely eaten.



The drawing competition is very-effective way to make students interested in Peru. Since they know and then interested in Peru, students can learn about Peru from reading books and browsing the internet. A brilliant program that conduct by Peruvian embassy to exposing Peru to Indonesian students. These days everybody in the world can reach information from world wide web – the only thing we need to do is make them interested in something that we want to promoting.


Reading :
- the jakarta post, 2006 dec, 09.
- encyclopedia encarta & britannica



poncho: traditional cloth of Latin-American Indian


picture of poncho from www.chicoarts.com



Jumat, 08 Desember 2006

Lagu Keren Sheila Majid : Ku Mohon

Setiap hari ku
Mohon agar kau sentiasa
Memberiku ketenangan
Dalam hati kekuatan
Menempuhi segala
Dugaan yang mencabar ini
Pasti punya artinya.

Engkau beriku harapan
Menjawab segala persoalan.
Hadapi semua dalam tenang.
Dengan merasa kesyukuran.
Ku doa Kau selalu.
Mengawasi gerak gerikku
Berkatilah
Ku perlu rahmat dariMu.

chorus:
Oh, Tuhan terangkan hati
dalam sanubariku
untuk menempuhi segala
hidup penuh cabaran ini
Oh, Tuhan ku berserah segalanya kepadamu
agar jiwaku tenang
dengan bimbinganmu selalu.

Adakala ku merasa
Hidup ini seperti kaca
Jikalau tidak bersabar
Hancur berderailah akhirnya
Tabahkanlah hatiku
Melalui semua itu
Oh, kuatkanlah
Cekalkanlah diriku
Curahkanlah nikmatmu
Pada hidupku.

Judul : Ku Mohon
lagu: Mac Chew
lirik : Sheila Majid
Album : Ku Mohon


^_^

Saat-saat tersulit dalam hidup menuntut kesediaan manusia untuk berjuang dan tabah agar mampu bertahan. Kala semuanya nampak mustahil. Kala semua nampak bergerak menjauh dari harapan. Kala bantuan yang diharapkan tak kunjung datang. Kala penghalang bertubi-tubi datang. Gelap pekat, dingin, sunyi sepi sendiri, berdiri di bibir jurang kehancuran dan langit retak-retak serasa akan runtuh. Sementara dia telah bekerja mati-matian. Sementara dia telah mengerahkan semua kemampuan. Bingung tak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

Nasib manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Nasib ditentukan oleh kesediaan untuk belajar dan bekerja keras agar keluar dari masa-masa terberat dalam hidupnya. Sayangnya tidak semua hal dapat dikendalikan manusia. Banyak faktor yang diluar kendali manusia. Hanya Tuhan yang mengendalikan segalanya. Sebenarnya manusia amat sangat bergantung pada Tuhan. Karenanya hanya manusia yang sadar akan ketergantungannya yang akan meraih ketentraman. Hanya manusia yang sadar keserbalemahan-nya yang akan meraih ketenangan. Hanya mereka yang pasrah yang akan meraih sebenar-benarnya kebahagiaan.

^_^


Lagu Keren Sheila Majid : Di Suatu Masa

Suria mentari
Menyinari alam ini
Gemersik suara
Angin bayu, nyamannya...

Namun kadangkala
Awan kelam melindunginya
Mendung pun menjelma
Hilanglah cahaya

Akan kugagahi hidup ini
Ku kan teruskannya
Agak sukar menerimanya
Ku tempuhi jua dengan penuh rela

Perjalanan masa mengajar kita
Jadi dewasa
Terlibat segala
Ku kini bahagia

Lupakan segala rasa duka
Bina hidup baru
Hilangkan semua rasa curiga
Memilih arah hidupmu
dengan bebasnya

Ribut melanda
Pasti akan reda
Menggantikan
Hari yang ceria

Lupakan segala rasa kecewa
Bina hidup baru
Semoga tercapai hasrat di jiwa
Kan ku harunginya jua

Di suatu masa

Judul : Di Suatu Masa
lagu: Mac Chew
lirik : Sheila Majid
Album : Ku Mohon




SAKURA-DUA

Betapa kagetnya Sakura ketika pada suatu pagi di samping meja kerjanya telah nangkring seorang anak muda di atas sebuah meja kerja baru. Semula dikiranya dia adalah karyawan baru. Namun anak itu mengaku sebagai orang sewaan perusahaan, yang memakai nama kerja Sakura-Dua. Tugasnya adalah melakukan benchmarking kinerja Sakura alias membandingkan kinerja Sakura dengan standar kinerja yang telah ditetapkan perusahaan. Artinya semua tugas yang diemban Sakura akan dikerjakan pula oleh Sakura-Dua, dan akan dibandingkan hasilnya.

Betapa jengkelnya Sakura ketika orang itu mengatakan bahwa dirinya terpaksa bekerja dibawah kemampuan sebenarnya untuk menyesuaikan dengan standar perusahaan—agar benchmarking berlangsung fair-- tidak memberatkan Sakura.

Fenomena yang terjadi hari-hari berikutnya membuat darah Sakura semakin mendidih. Si “tukang cari muka” dan “sok akrab” itu ternyata dengan cepat mampu menjalin hubungan yang akrab dengan teman-teman satu bagian Sakura. Bukan itu saja dalam waktu singkat si anak telah menjadi populer di lingkungan kerja perusahaan, jauh meninggalkan Sakura yang kini menjadi uring-uringan.

Kinerja Sakura-Dua juga terpaksa diakui sangat baik. Pagi hari dia sudah siap dengan daftar pekerjaan yang harus dilakukan, dan sore hari sebelum pulang kerja dia menandai pekerjaan yang telah diselesaikan. Begitulah setiap hari, dia bekerja dengan check-list, dan herannya dia tak mengerjakan semuanya, hanya pekerjaan yang ditandai yang dikerjakannya. Sebagian pekerjaan dikerjakan seperlunya saja. Seperti jadwal petugas piket yang dibuat Sakura berjam-jam dengan bentuk “artistik”, cukup diselesaikan Sakura-Dua hanya selama lima belas menit dengan bentuk sederhana, nggak ada seninya. Meja kerjanya juga selalu rapi, tidak pernah ada tumpukan-tumpukan dokumen yang tidak jelas seperti yang sering terjadi di meja Sakura.

^_^

Tak perlu ditanya hasil benchmarking. Sakura hanya mampu mencapai 70% dari standar minimal perusahaan. Hari terakhir kerja Sakura-Dua membongkar semuanya. Sebenarnya kehadiran dirinya bertolak dari kesadaran pihak manajemen perusahaan untuk memberi pelatihan manajemen kerja & filing system kepada setiap pekerja agar mampu bekerja dan mendokumentasikan pekerjaannya dengan efektif dan efisien.

Jadi dirinya diperintahkan bukan sekedar untuk benchmarking, tapi juga bertugas untuk meningkatkan kinerja Sakura. Selama tiga bulan ini dia telah memberi contoh nyata, teknik-teknik untuk meningkatkan kinerja. Namun dia khawatir Sakura sekedar menangkap teknik, tanpa mengetahui filosofinya. Maka dia bermaksud membongkar makna dibalik teknik-tekniknya.

Bekerja dengan checklist didasari kesadaran bahwa waktu pekerja terbatas. Jumlah pekerjaan sangat mungkin melebihi waktu yang tersedia. Keberadaan cheklist membuat dia tahu pekerjaan mana saja yang harus diprioritaskan, dan memudahkan pengaturan alokasi waktu untuk setiap pekerjaan. Hal itu untuk mencegah dirinya tergoda menyelesaikan satu pekerjaan sebaik mungkin namun pekerjaan lain menjadi terbengkalai. Biarlah sebuah pekerjaan tidak sempurna dengan kelemahan disana-sini, asal semua pekerjaan dapat terselesaikan.


Kemudian kedisiplinan Sakura-Dua menjaga meja kerjanya selalu bersih adalah untuk menjamin bahwa dia tidak menunda pekerjaan kecil seperti mengembalikan dokumen ke tempatnya, atau review formulir data. Penundaan akan membuat pekerjaan kecil-kecil menumpuk menjadi pekerjaan raksasa yang akan membuat dirinya menjadi liliput yang tertimbun pekerjaan dan merasa tak berdaya untuk menyelesaikannya (nl. umbulharjo - Jogja)


Minggu, 03 Desember 2006

Trik Halus Menggiring Hasil Jajak Pendapat (Survei)

Jaman kiwari jajak pendapat atau polling/survei semakin mendapat tempat di masyarakat. Jajak pendapat mulai dipercaya untuk mengukur tingkat popularitas seseorang, sebuah organisasi atau mengukur tanggapan masyarakat terhadap sebuah issue (misalnya issue kenaikan harga BBM).

Jajak pendapat yang dimaksud disini adalah jajak pendapat profesional yang dilakukan dengan aktif baik lewat telepon atau wawancara langsung (bukan jajak pendapat pasif seperti menunggu SMS atau telepon dari pemirsa televisi).

Jajak pendapat tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria statistik sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Misalnya jumlah sampel yang memadai, proporsi sampel yang proporsional dengan jumlah penduduk (jumlah responden di Jakarta harus lebih banyak daripada jumlah responden di Jogja yang penduduknya lebih sedikit), pengambilan sampel secara acak (bukan mengelompok di sebuah kelompok/wilayah kecil) dan sampel representatif mewakili seluruh kelompok dalam populasi.

Namun setelah kaidah-kaidah polling diikuti, ternyata masih ada trik halus yang bisa dilakukan untuk menggiring hasil jajak pendapat agar sesuai dengan “harapan” si pembuatnya. Tekniknya dengan mengakali susunan pertanyaan atau membuat sebuah prolog untuk menggiring jawaban responden. Dengan cara tersebut responden dikondisikan untuk memilih jawaban tertentu. Sepintas jajak pendapat terlihat dilakukan dengan obyektif dan profesional, padahal sebenarnya dilakukan dengan amatiran. Contoh penerapan teknik menggiring jawaban responden adalah pada jajak pendapat dibawah ini.

Pertanyaan Pertama
Belakangan ini di kota kita semakin banyak terjadi kerusuhan yang disebabkan oleh pertandingan sepakbola, yang mengakibatkan kerugian materi maupun korban luka diantara penonton. Menurut anda apakah penyebab kerusuhan itu ?

Pertanyaan Kedua
Pada berbagai peristiwa kerusuhan sepakbola, polisi menangkap banyak perusuh dan menjebloskan ke dalam tahanan. Menurut anda apakah mereka perlu diproses hukum lebih lanjut atau dilepaskan setelah diberi peringatan?.

Pertanyaan Ketiga
Bila anda menjadi korban sebuah kerusuhan yang dilakukan suporter sebuah tim sepakbola setelah melihat pemain idolanya berkelahi di lapangan, apakah anda akan menuntut pertanggungjawaban pengelola tim untuk mengganti kerugian yang ada derita?

Pertanyaan KeempatBila diberi kesempatan memilih atlet teladan, apakah anda akan memilih seorang pemain bola sebagai atlet teladan tahun ini?

^_^

Pertanyaan keempat tidak nyambung dengan tiga pertanyaan terdahulu dan jawaban responden dapat diduga. Mereka tidak akan memilih pemain bola sebagai atlet teladan tahun ini karena pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya responden telah dikondisikan untuk memiliki image buruk tentang komunitas sepakbola.

Pointnya adalah hendaknya kita hati-hati membaca hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah lembaga yang mengaku profesional sekalipun. Karena meskipun metodenya dapat dipercaya dan hasilnya jujur namun mereka masih bisa “bermain“ dengan menyetir perasaan responden. Trik halus itu bisa jadi luput dari pengamatan para pembaca hasil polling bila tidak hati-hati melihat bentuk dan susunan pertanyaan dalam polling.

Satu jajak pendapat yang ingin memojokkan popularitas partai-partai Islam --si pembuat jajak pendapat bisa saja membuat beberapa pertanyaan tentang pendapat responden terhadap satu aksi pembom bunuh diri yang dia kait-kaitkan dengan gerakan keagamaan -- kemudian tiba-tiba menanyakan apakah si responden ingin memilih partai Islam. Tentu saja beberapa pertanyaan sebelumnya secara tak langsung "menggiring" si responden untuk tidak memilih partai Islam .

Demikian juga pembuat survei tentang popularitas satu perda (peraturan daerah) yang mereka tuduh diwarnai ajaran Islam -- pembuat survei dapat menggiring responden dengan mengungkit-ungkit beberapa kejadian negatif, misalnya ada kejadian salah tangkap orang -- kemudian baru menanyakan apakah responden mendukung atau menentang perda tersebut. Tentu saja si responden yang telah "dikondisikan" tersebut diharapkan akan memberi jawaban sesuai dengan keinginan si pembuat survei.

Jadi jangan buru-buru sedih bila partai politik favorit anda kalah dalam sebuah jajak pendapat atau sebuah peraturan daerah yang baik terlihat tidak populer dalam sebuah jajak pendapat– karena bisa jadi jajak pendapat tersebut sengaja digiring ke arah itu (nl. bandung 2006).
^_^

Menurut kamus (encarta) polls adalah survei terhadap publik, sebuah pertanyaan yang diajukan terhadap populasi atau sampel representatif dari populasi untuk mengetahui opini mereka atau untuk mendapat informasi lainnya.

revisi-1 (nop-09)

tags: jajak pendapat, survei, polling, partai politik islam, perda, survei popularitas partai politik

Mudah-mudahan Bukan Ge-Er (He he he!)



Di kantin siang itu
Senyuman sobat dekatmu
saat kau berjalan melintas secepat-kilat
di dekat meja makan-ku
cukup untuk membuatku penasaran
pengen tahu isi hatimu
















tanya : ...kamu gak malu buat puisi kaya gini?
jawab : yang baca yang bakalan malu hi hi..





Rembulan Keceplosan

Benarkah sang rembulan indah
telah keceplosan mengatakan harapan-nya
Atau dia hanya main-main saja




Tidak Jadi Puisi

Aku ngaku aja deh!
Kalo aku yang bikin kamu
nggak bisa tidur
dan nggak enak makan
jarang-lah jadi puisi
Tapi kalo dirimu
(Psst! yang sungguh menawan)
memporakporandakan harapanku

Mudah sekali jadi puisi!.