Sabtu, 29 Oktober 2005

Puisi Idul Fitri-1

Hari ini,
telah kukuncupkan payungku,
telah kubuka semua mantelku,
kini kunanti hujan maaf darimu.

Jangan biarkan hujan maafmu berhenti,
sebelum dosa-dosaku tersapu bersih
banjir kebesaran hatimu.

Kamis, 27 Oktober 2005

Selamat Idul Fitri

Semoga di hari kemenangan ini,
Allah mengaruniai kita hati
yang kembali ke fitrah,
Hati yang Sombong jadi Syukur,
Hati yang Keluh kesah jadi Sabar,
Hati yang Gelisah jadi Pasrah dalam
menerima silih bergantinya
takdir kebahagiaan dan kesedihan

SELAMAT IDUL FITRI
MOHON MAAF LAHIR BATIN

Selasa, 25 Oktober 2005

Favorit film: Mississipi Burning

Mississipi 1964, dua orang aktifis persamaan ras dan seorang kulit hitam hilang ketika dalam perjalanan meninggalkan kota. Dua orang agen federal yang ditugaskan menyelidiki lenyapnya mereka, mendapat sambutan kurang bersahabat dari sheriff setempat. Ketika keadaan semakin memburuk --- bahkan dua agen tersebut mulai diancam oleh kelompok rasis Ku Klux Klan --- agen pertama memutuskan memanggil bala bantuan dari ibukota. Digunakannya sebuah gedung bioskop sebagai kantor bagi orang-orangnya. Ketika ditemukan mobil yang dikendarai ketiga orang hilang di sebuah danau, agen pertama tambah nekad. Dimintanya tambahan bantuan ratusan personil militer untuk membantu mengaduk-aduk setiap inchi permukaan danau guna mencari mayat-mayat korban. Terjadilah kehebohan besar di kota kecil tersebut. Sementara agen kedua memilih mendekati anggota keluarga salah satu tersangka untuk mendapatkan informasi. Akhirnya agen kedualah yang berhasil mendapatkan lokasi mayat disembunyikan. Kemudian dengan serangkaian trik-trik jitu, mereka berdua berhasil membongkar persekongkolan antara pengikut Ku Klux Klan dengan Sheriff yang berusaha menghapus jejak pembunuhan.

^_^

Shinichi Kudo sudah berulangkali menonton salah satu film favoritnya tersebut. Dahulu yang paling menarik dari Film Misisisipi Burning adalah backgroundnya--- yaitu perjuangan gigih melawan rasialisme. Perjuangan untuk kemanusiaan yang sangat menyentuh. Namun sekarang ada hal lain yang lebih menarik bagi Shinichi. Tekad bulat si agen pertama-lah yang membuat film itu lebih mengesankan. Ketika tidak mendapat dukungan dari Sheriff, si agen nekad meminta dikirim orang-orang baru dari kantor pusat. Bukan hanya itu, dia juga menyewa sebuah gedung bioskop untuk dijadikan base camp penyelidikannya. Bahkan tatkala pemilik motel keberatan atas orang-orangnya yang menginap di motel --- si agen pertama langsung memerintahkan anak buahnya untuk membeli motel tersebut. Sebuah tekad baja yang sangat menarik bagi Shinichi. Dengan kesungguhan seperti itu, bila seandainya si agen pertama gagal menemukan si pembunuh-pun--- dia masih layak diberi acungan jempol.

Hal lain yang menarik dari film yang diawali dengan gambar dramatis dua pancuran air minum berdampingan --- satu untuk kulit putih dan satu untuk kulit berwarna --- adalah perbedaan cara kerja kedua agen. Agen pertama bekerja berdasarkan prosedur, sistematis dan target oriented, sedang agen kedua lebih banyak mengandalkan pendekatan personal. Beberapakali terjadi konflik diantara keduanya. Namun pada dasarnya mereka saling mengisi. Agen pertama memastikan pekerjaan dilakukan secara sistematis dan menggunakan semua sumberdaya yang dimiliki dengan efektif. Agen kedua mengisi kelemahan metode pertama yang “kering” terhadap pendekatan personal; dengan bekerja mengandalkan persahabatan, simpati dan pengertian yang mendalam terhadap sifat-sifat manusia.

^_^

Hiromi bertepuk tangan mendengar cerita Shinichi tentang Mississipi Burning. Menurutnya penafsiran atas sebuah film bisa saja berubah setiap saat, tergantung perkembangan pengetahuan orang yang menontonnya. Dahulu bahan-bahan yang ada di memori Shinichi terbatas, sehingga apa yang bisa dilihat dari film itu sekedar sebuah perjuangan gigih dua sosok manusia melawan ideologi sesat rasisme. Kini seiring perjalanan waktu, dengan semakin bertambah banyaknya pengetahuan dan pengalaman yang mengendap dalam memori Shinichi; film itu seolah-olah berbicara dengan cara yang lain. NL

bandung, minggu malam 23 Oktober 2005

Jumat, 21 Oktober 2005

RAN




Akira Kurosawa : RAN

“Kau tak lebih dari bayang-bayang Hidetora” begitulah kurang lebih kata-kata istri Taro saat membujuk suaminya untuk menyingkirkan ayahnya. Dan Taro bukan saja mengusir si ayah dari kastil, namun juga bersekongkol dengan adiknya untuk menjebak ayah mereka hingga semua pengawalnya tewas, dan Hidetora-pun kemudian menjadi gila. Naasnya di detik-detik terakhir pertempuran, salah seorang tangan kanan Jiro secara sembunyi-sembunyi menembak Taro hingga tewas. Kekuasaan beralih pada si adik.

Si bungsu Saburo beserta pasukannya yang menyeberang ke wilayah Jiro untuk mencari ayahnya sengaja dibiarkan masuk dengan harapan Jiro dapat membunuh keduanya sekaligus. Sayangnya saat pasukan Jiro sedang menyerang pasukan Saburo, tiba-tiba kastilnya diserbu musuh. Setelah mendengar berita penyerbuan itu, Jiro buru-buru menarik mundur tentaranya namun tak banyak gunanya. Rupanya skenario kehancuran kastil telah direncanakan oleh istri Taro yang hendak membalaskan dendam keluarganya. Si istri yang sebenarnya adalah anak pemimpin musuh yang dibunuh Hidetora tersebut berhasil mempengaruhi Taro, dan kemudian Jiro untuk mencapai tujuannya.

Ran adalah salah satu film terbaik Akira Kurosawa yang diadaptasi dari King Lear-nya Shakespeare, dan mengambil setting situasi kala para keluarga prajurit memegang peran penting di tiap-tiap propinsi. Film ini bercerita tentang Hidetora, bekas penguasa yang telah lanjut usia dan memilih pensiun, serta membagi tiga kastil kepada tiga orang anaknya Taro, Jiro dan Saburo. Dua diantaranya kemudian menghianatinya.

^^_^^

“Saya bicara tentang keinginan Taro untuk membuktikan peranan dirinya” kata Hiromi seolah-olah membantah bila Shinichi Kudo menganggapnya akan menyalahkan istri Taro saat memperbincangkan Ran. Taro digambarkannya sebagai seorang yang memiliki kebutuhan yang berlebihan terhadap pengakuan orang lain. Haus pengakuan dan merasa perlu membuktikan kehebatan dirinya. Agaknya sifat tersebut sangat dipahami oleh istrinya, dan dengan cerdik dimanfaatkan untuk membalas dendam.

“So what gitu loh!” Kalimat itulah yang seharusnya keluar dari mulut Taro saat dikompori istrinya. Hiromi mengandaikan bila Taro mampu berdamai dengan pendapat orang lain bahwa dirinya hanyalah kepanjangan tangan ayahnya, tentu dia dan juga Jiro tidak akan menyeret marganya ke jurang kehancuran.

^^_^^

Hiromi menutup ceritanya dengan sebuah senyum tipis penuh arti. Seolah hendak berkata bahwa Shinichi-pun harus belajar berdamai dengan olok-olok orang lain. “Biarkanlah orang lain dengan pikirannya. Jangan pernah ‘bertempur’ dengan seseorang hanya karena ingin membuktikan pada orang ketiga bahwa dirimu berani” kalimat itulah yang dirasakan Shinichi dibalik senyumannya. NL

kalimantan 5 bandung

Jumat, 14 Oktober 2005

Terra Incognita

Pagi hari, jalan Cipaganti masih sepi. Diantara ratusan pohon berdaun rimbun yang berjajar sepanjang jalan, nampak ada belasan batang pohon di sebelah kiri jalan yang daun-daunnya rontok menutupi permukaan jalan. Beberapakali kaki Rinoa Enomoto menendang tumpukan daun hingga berhamburan ke udara. Sementara Shinichi Kudo yang senang mendapat kesempatan memakai kamera SLR Canon milik Rinoa, sesekali berhenti untuk memotret kawanan burung yang hinggap di dahan-dahan pohon tak berdaun.
“Tempat baruku ternyata menjanjikan pengalaman yang sama sekali tak pernah kubayangkan” kata Rinoa sembari tangannya menyambar satu lembar daun yang melayang-layang jatuh di depannya.

“Jadi, sekarang sudah nggak merasa disingkirkan nih” tanya Shinichi setelah selesai menjepretkan kamera. Rinoa mengambil dahan sebesar ibu jari yang melintang di jalan, lalu membuangnya ke tepi, seraya mengakui bahwa dirinya yang pada mulanya merasa “ditendang”, kini merasa senang karena berkesempatan melakukan banyak hal baru. Terutama keberhasilannya membangun sebuah website yang berisi seluk beluk perpustakaan dan informasi terbaru tentang perusahaan. “Nggak nyombong nih, website perpustakaan lebih lengkap, lebih update dan jauh lebih sering diakses orang dibanding website resmi perusahaan karena informasinya lebih aktual” kata Rinoa.

Shinichi tersenyum; dalam hatinya dia tahu persis mengapa content website resmi perusahaan Jakarta tersebut jarang update. Karena pengelolaan content diserahkan ke bagian IT yang diawaki orang-orang teknis yang jumlahnya terbatas dan sibuk melayani permintaan perbaikan komputer di lingkungan perusahaan. Sebenarnya cukuplah hardware & desain website porsi mereka. Content website lebih baik dipegang personel Public Relation dan Marketing yang pastinya memiliki rencana jangka panjang dan rencana tahunan untuk memperkenalkan perusahaan ke publik.

^_^

Pertamakali dipindahkan dari laboratorium ke Bagian Perpustakaan, Rinoa shock berat. Pingin ngamuk, merasa disingkirkan, dikotakkan, dan yang lebih penting lagi dia merasa tak akan bisa melakukan apa-apa di perpustakaan. Untunglah Ibu Kepala Perpustakaan yang senang sekali atas kedatangan staff baru langsung menghadiahi si lulusan program studi nutrisi tersebut dengan segudang agenda kerja. Mulai dari menjadikan perpustakaan sebagai pusat layanan data current-good manufacturing practice, mendokumentasi data-data penelitian & mediasi pertukaran data antar divisi, menyebarkan informasi teknologi pabrikasi terbaru, sampai mengadakan diskusi buku-buku yang terkait dengan bisnis utama perusahaan.

Ibu yang memendam cita-cita menjadikan perpustakaan sebagai tulang punggung informasi --- terang-terangan mengakui bahwa dirinya seperti mendapat durian runtuh atas kedatangan Rinoa. Anak muda dinilainya akan dengan mudah mempelajari ketrampilan baru seperti katalog buku elektronik, data base, mengelola website dan berburu informasi hasil-hasil penelitian terbaru yang relevan dengan kebutuhan perusahaan. Hal-hal sangat mendesak untuk diaplikasikan, namun selama ini kurang cepat kemajuannya karena dikerjakan oleh “orang tua yang buta teknologi” seperti dirinya.

Pelan-pelan semangat bekas atlet softball kampus tersebut bangkit kembali. Debut Rinoa dimulai dengan merampungkan proses penggantian kartu-kartu katalog buku gaya kuno yang disimpan pada laci-laci kecil dari kayu, dengan software katalog buku elektronik yang dapat diakses online. Hebatnya Rinoa bukan sekedar memasukkan judul buku & jurnal, namun juga memasukkan daftar isi, indeks dan abstrak yang terdapat di dalam setiap bab buku maupun jurnal. Hasilnya bila pengunjung perpustakaan akan mencari satu topik, tinggal mengetik kata kunci di komputer dan dia akan segera mendapatkan list buku-buku dan jurnal-jurnal yang relevan beserta informasi pada halaman berapa topik tersebut berada.

Langkah selanjutnya Rinoa melengkapi data base elektronik-nya dengan full text isi semua buku-buku standar current-good manufacturing practice yang dipergunakan perusahaan. Sehingga seorang staff marketing yang sedang membuat prosedur baku tentang tatacara transportasi produk --- dengan mudah akan mendapat semua informasi tentang standar yang berlaku di perusahaan --- cukup dengan mengetikkan kata kunci “product transport”. NL

sabtu pagi 08 Oktober 2005

terra incognita : daerah tidak dikenal
content : isi website

Senin, 03 Oktober 2005

Akira Kurosawa: Kagemusha


Dalam sebuah pertempuran melawan marga musuh, Takeda Singen tertembak. Si penguasa propinsi Kai terpaksa digotong keluar dari medan pertempuran. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, salah satu calon kuat shogun yang akan berkuasa di seluruh negeri tersebut memerintahkan agar kematiannya dirahasiakan, agar propinsi Kai tidak menjadi target serangan musuh. Diam-diam ditunjuklah seseorang yang kebetulan mirip Singen untuk menjadi Singen gadungan. Selama 3 tahun kematian Singen akan dirahasiakan, dengan bantuan si duplikat yang akan berperan sebagai penguasa yang disegani propinsi-propinsi lain. Kisah tersebut terdapat dalam film Kagemusha karya Akira Kurosawa yang berlatar belakang nasib tragis marga Takeda sepeninggal pemimpinnya, Takeda Singen.

^_^

Hattori tersenyum getir mendengar cerita Shinichi Kudo tentang Kagemusha yang diam-diam juga dialami dirinya dalam bentuk yang lain. Selama ini jatah cuti panjang dari perusahaan tak pernah bisa diambilnya--- bukan karena kurang orang--- namun karena ketergantungan departemen yang dipimpinnya terhadap keberadaan Hattori. Banyak pekerjaan yang dilakukannya secara personal tanpa pernah diajarkan pada para asistennya. Sangat sulit mempercayakan sejumlah pekerjaan penting pada mereka, karena dia tak rela melihat kualitas pekerjaan menurun. Disamping itu melibatkan para asisten pada pekerjaan penting juga akan membuat pekerjaan menjadi lebih lambat. Jauh lebih lambat dibanding bila dikerjakan sendiri, karena Hattori harus sering berhenti untuk mengajari. Ditambah lagi harus berdiskusi dengan mereka, karena para asistennya bukanlah tipe pekerja yang mau didikte begitu saja tanpa penjelasan yang rasional.

Lima ratus tahun setelah kematian Singen dunia telah berubah. Nasib sebuah propinsi, apalagi sebuah perusahaan tidak lagi bergantung pada satu orang. Dalam perusahaan modern yang egaliter, nasib perusahaan ditentukan oleh keberhasilan membangun sistem. Kepergian seorang manajer tidak banyak mengganggu kinerja perusahaan. Ada prosedur baku, ada pelatihan, ada pengawasan dan ada evaluasi yang memastikan semua pekerjaan dikerjakan sistematis dan terukur sehingga dengan mudah bisa diulang lagi oleh orang lain. Namun di departemen Hattori, semua perangkat tersebut hanya diterapkan pada pekerjaan-pekerjaan yang mudah. Sementara pekerjaan yang kritis masih tetap dikerjakan sendirian oleh Hattori. Kerja personal yang “sangat mengandalkan pengalaman Hattori”, sehingga tak akan mudah ditiru oleh para asistennya.

^_^

Angin dingin berhembus kencang menembus jendela Cafe Gato Rojo. Setelah merapatkan jaketnya, Hattori kembali meneguk Capuccino spesial – menu andalan Cafe –-- yang sedikit membantu menghangatkan tubuhnya. Sambil terus mendengarkan kelanjutan cerita Shinichi tentang keruntuhan marga Takeda, diam-diam Hattori dengan sedih :( mengakui bahwa dirinya lebih cocok menjadi manajer di sebuah perusahaan yang beroperasi 500 tahun silam. NL

Kalimantan 5 Bandung 2005

Sabtu, 01 Oktober 2005

Never Ending Friend

Di setiap hembusan nafasmu
bukan saja kurasakan
perhatian yang lembut,
namun juga pengorbanan,
kerelaan untuk mendengarkan.

Mendengarkan seakan aku bayi
yang baru belajar bicara.
Mendengarkan seolah tak rela
satu huruf pun terlewatkan.
Mendengarkan tanpa menghakimi,
sehingga aku berani
menjadi diri sendiri

Di kehangatan kata-kata riangmu,
tercium wangi serumpun melati
yang mekar di jiwamu.
Kata-kata yang membesarkan hati,
memperkokoh percaya diri,
dan membuat rasa takut pergi.
Kata-kata jelmaan seruling gembala
yang menggiring kerbau-kerbau rinduku
berduyun-duyun menuju kandangmu

Sungguh!
Di balik keceriaan-mu terbayang
Samudera jiwa besar yang teduh
tempatku menentramkan diri
Samudera yang rela sejenak melupakan
dirinya untuk menampung aliran
sungai-sungai kegelisahanku
Samudera pengertian tempatku kembali
untuk merawat luka-luka kegagalan yang pedih
Samudera bening tempatku bercermin untuk
terus memperbaiki diri
Samudera yang setia menemaniku berlayar
di pelukan cahaya Ilahi.


Puisi Perpisahan: Ketika Dia Pergi

Jatuh terkapar tak berdaya
seiring perginya sang rembulan
tuk pastikan langkah.
Sinarnya meredup lalu hilang,
tinggalkan kegelapan.
Toh sesayup masih terdengar
bisikannya :
Jangan kasihani diri sendiri,
karena Engkau adalah
Matahari terang benderang
yang tidak sepantasnya
menangisi perginya sinar rembulan.

Saya adalah ...

Saya adalah seorang Scientist, bekerja di bagian produksi sebuah perusahaan di Bandung,
Hobby saya membaca buku-buku psikologi, biografi, manajemen, cerpen-cerpen Kuntowijoyo yang penuh filosofi namun enak dinikmati, juga kisah petualangan detektif Sherlock Holmes,
Herculo Poirot, Miss Marple dan tentu saja Shinichi Kudo. Jogging, ndengerin musik, dan berkebun adalah kegemaran saya yang lain.

Tulisan-tulisan di duniashinichi saya harapkan dapat menjadi teman minum teh Anda di sore hari setelah seharian lelah beraktifitas.

Trims